12.11.2015 Views

KONSTITUSIONALISME AGRARIA

1TBacat12

1TBacat12

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

melakukan mobilisasi kekuatan tanding dan siasat mengelak bahkan<br />

menggagalkan land reform — juga dapat dinilai sebagai aksi sepihak;<br />

dan (iv) Terlibatnya kekerasan antara unsur pro-land reform dan<br />

unsur anti-land reform yang beresonansi dengan konflik kekerasan<br />

di tingkat elite negara (Fauzi, 1998).<br />

Pelaksanaan land reform kandas ketika pemegang kekuasaan<br />

negara berubah sama sekali. Perubahan dramatis kepemimpinan<br />

pemerintah dari Presiden Ir. Soekarno ke Presiden Soeharto,<br />

membawa akibat pokok pada politik agraria dari populisme menuju<br />

kapitalisme (Fauzi, 1997). Sejak awal, terdapat konsensus di antara<br />

para pendukung Orba tentang perlunya stabilisasi, rehabilitasi, dan<br />

pembangunan ekonomi model kapitalis. Koalisi pendukung Orba<br />

menolak sosialisme ala Indonesia yang akan mengubah struktur<br />

sosial-ekonomi secara radikal. Strategi seperti itu secara politik tidak<br />

dapat diterima para pendukung Orba, khususnya Angkatan Darat,<br />

pada saat mereka harus menghadapi tantangan berat dari kekuatankekuatan<br />

Orde Lama. Melaksanakan land reform dan programprogram<br />

yang bertujuan meredistribusi kekayaan dan memaksakan<br />

tabungan, seperti perpajakan progresif, hanya akan menjauhkan para<br />

pendukung Orba yang menganggap rezim itu sebagai antitesa dari<br />

program yang diilhami komunis.<br />

Ketika UUPA tercipta ternyata dalam pelaksanaannya<br />

banyak juga hambatan yang menghadang termasuk pro-kontra<br />

substansialnya dan kecurigaan terhadap penyusupan paham<br />

komunis di dalamnya, akibat kendala-kendala itu, maka land reform<br />

yang begitu krusial sempat tidak berjalan begitu lama. Padahal<br />

dalam sejarahnya land reform justru pertama kali dipopulerkan oleh<br />

Amerika Serikat di Jepang, Taiwan dan Korea Selatan. Ahli Tanah<br />

dari New York, Wolf Ladeijensky dikontrak untuk melancarkan<br />

kebijakan pembagian tanah guna menangkal pengaruh komunisme.<br />

Dr. Wolf Ladejinsky adalah bekas Atase Pertanian Amerika di Jepang,<br />

yang membantu Jenderal Mac Arthur sewaktu melaksanakan land<br />

reform di Jepang. Dia tiga kali datang di Indonesia, yaitu pertama di<br />

tahun 1961 (hanya 10 hari untuk mempelajari berbagai dokumen),<br />

96<br />

Konstitusionalisme Agraria

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!