12.11.2015 Views

KONSTITUSIONALISME AGRARIA

1TBacat12

1TBacat12

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Dasar data dari simplifikasi strategis yang saya lakukan<br />

itu adalah Sensus Pertanian 2013. Sensus Pertanian 2013 itu<br />

menunjukkan rumah tangga tani di Indonesia mencapai 26,13 juta,<br />

yang berarti selama sepuluh tahun telah terjadi penurunan sebesar<br />

5,07 juta rumah tangga pertanian, dibanding dengan hasil Sensus<br />

Pertanian 2003. Ternyata, luas lahan pertanian untuk pertanian<br />

keluarga semakin menyempit, dan arus alih profesi/migrasi petani<br />

ke sektor lain, seperti sektor informal, buruh lepas, Tenaga Kerja<br />

Internasional (TKI), dll, semakin membesar tanpa disertai dengan<br />

meningkatnya luasan lahan yang digarap oleh rumah tangga petani<br />

miskin secara berarti. Antara 2003-2013, terjadi penurunan 5,04 juta<br />

petani yg menguasai dibawah 0,1 ha. Total luas lahan yang dikuasai<br />

petani menyusut dari 10,5% menjadi 4,9%. Jumlah petani kecil<br />

dengan luasan kepemilikan lahan kurang dari 0,5 hektar dan petani<br />

tak bertanah sebanyak 56 persen (Indonesia) dan 78 persen (Jawa).<br />

Tidak heran, bila petani merupakan kelompok dengan pendapatan<br />

terendah di Indonesia yaitu rata-rata hanya Rp 1,03 juta per bulan<br />

(BPS 2014).<br />

Secara keseluruhan, kita memiliki lebih dari 28 juta Rumah<br />

Tangga Petani (RTP), dengan rata-rata pemilikan lahannya hanya<br />

0,36 hektar. Menengok sedikit lebih dalam, di bagian paling dasar<br />

dari masyarakat desa adalah mereka yang tidak memiliki lahan<br />

pertanian sama sekali. Jumlah mereka adalah 6,1 juta RTP di Pulau<br />

Jawa, dan 5 juta RTP tak bertanah di luar Jawa. Beban bangsa ini<br />

adalah bagaimana meningkatkan kesejahteraan petani tak bertanah<br />

yang secara agregat saat ini adalah sekitar 32 juta jiwa.<br />

Apakah situasi itu dapat diterima?<br />

Saya mengundang kita melihat situasi sebagaimana<br />

digambarkan di atas sebagai konsekuensi dari pilihan rute perjalanan<br />

moderenisasi di negara-negara paska kolonial yang dirancang pada<br />

permulaannya dengan memacu pertumbuhan ekonomi dengan<br />

merelokasi para petani menjadi para pekerja industri di kota-kota<br />

seiring dengan konversi lahan pertanian menjadi non-pertanian,<br />

pertumbuhan pabrik-pabrik, sektor jasa, dan sistem jual-beli<br />

makanan industri yang berlangsung secara eceran (termasuk yang<br />

Epilog 441

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!