12.11.2015 Views

KONSTITUSIONALISME AGRARIA

1TBacat12

1TBacat12

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

dan terakhir di tahun 1963 selama tiga bulan meninjau pelaksanaan<br />

land reform di lapangan (Wiradi, 2006:7-8).<br />

Saat diundang oleh Presiden Soekarno untuk membantu<br />

melakukan program serupa di Indonesia, Ladeijensky berpendapat<br />

program land reform ini akan gagal di Indonesia, karena minimnya<br />

anggaran pemerintah yang dapat digunakan membeli tanah-tanah<br />

luas yang akan dibagikan. Juga setelah kunjungannya yang pertama<br />

(1961) beliau mengatakan bahwa keadaan tanah di Jawa langka dan<br />

penduduk yang banyak maka ketentuan luas maksimum tidak<br />

memungkinkan tersedianya tanah yang cukup untuk dibagikan.<br />

Jika konsistensi pemantau batas pemilikan tanah terus dijaga<br />

baik batas maksimal maupun minimal tentu persoalan keadilan<br />

dibidang pertanahan tidak akan merebak. Belum lagi karena ada<br />

perbedaan antara gagasan dan tindakan pelaksanaan yang tidak<br />

konsisten, tidak nyambung (disjointed). Gagasannya revolusioner<br />

tapi pelembagaan pelaksanaannya rumit. Birokrasi di Indonesia<br />

berbelit-belit. Data tidak akurat, sehingga pelaksanaan redistribusi<br />

menjadi sulit dan mengalami hambatan di lapangan. Ditambah<br />

lagi dengan model redistribusi yang tidak sesuai dengan kondisi<br />

obyektif yang ada. Batas minimum 2 ha yang diberlakukan secara<br />

menyeluruh dianggap tidak realistis. Untuk melakukan land reform,<br />

Ladejinsky memberikan saran agar membentuk Panitia Land reform<br />

yang kerangka dan komposisinya meniru model di Jepang.<br />

Pembentukan dan Dinamika Kementerian Negara yang<br />

Berkaitan Dengan Agraria<br />

Memahami pentingnya permasalahan agraria, Pemerintah Presiden<br />

Soekarno membentuk Kementerian Agraria. Kementerian ini<br />

memang belum ada pada kabinet pertama yang disusun oleh Presiden<br />

Soekarno pada 2 September 1945. Kementerian yang berkaitan<br />

dengan permasalahan agraria baru dibentuk Kabinet Syahrir II (12<br />

Maret – 2 Oktober 1946) dalam bentuk Kementerian Pertanian.<br />

Namun delapan kabinet berikutnya tidak mengatur keberadaan<br />

kementerian yang nomenklaturnya berhubungan langsung dengan<br />

Konstitusi Agraria dan Penggunaannya dalam Tiga Rezim Pemerintahan 97

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!