12.11.2015 Views

KONSTITUSIONALISME AGRARIA

1TBacat12

1TBacat12

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

BPN pada tahun 2010 mensinyalir 52% aset terutama tanah hanya<br />

dikuasai oleh 0,2% orang di Indonesia.<br />

Sementara itu, alokasi tanah untuk usaha raksasa semakin<br />

meluas. Jaringan Advokasi Tambang mencatat 35% daratan<br />

Indonesia telah dialokasikan untuk izin pertambangan dan Sawit<br />

Watch mencatata 9,4 juta hektar telah menjadi lahan perkebunan<br />

sawit. Diperkirakan pada tahun 2020 lahan perkebunan sawit akan<br />

mencapai 20 juta hektar. Institute for Global Justice pada tahun 2010<br />

mengindikasikan bahwa 175 juta Ha wilayah tanah air Indonesia atau<br />

setara dengan 93% luas daratan Indonesia telah diberikan untuk<br />

sejumlah konsesi kehutanan, pertambangan dan perkebunan.<br />

Belum lagi kerentanan penduduk di kawasan hutan sebab 70%<br />

daratan Indonesia telah ditunjuk oleh pemerintah sebagai kawasan<br />

hutan dimana ada 33.000 desa berada di dalam dan sekitarnya tanpa<br />

izin resmi pemerintah. Bila menggunakan “kaca mata kuda” yang<br />

secara hitam putih memandang peraturan, maka 33.000 desa yang<br />

setara 45% desa dari jumlah keseluruhan desa di Indonesia rentan<br />

menghadapi tuntutan hukum sebab UU Kehutanan menyatakan<br />

setiap orang dilarang menduduki kawasan hutan tanpa izin. Orang<br />

yang menduduki kawasan hutan tanpa izin dapat dikenakan<br />

hukuman penjara.<br />

Data-data itu menunjukan bahwa masalah konflik agraria<br />

kian hari semakin kronis. Tapi ironisnya, pemerintah tidak pernah<br />

bersungguh-sungguh ingin menyelesaikan persoalan. Misalkan<br />

dalam menangani konflik di Mesuji, pemerintah telah membuat Tim<br />

Gabungan Pencari Fakta (TGPF). Tapi setelah tim tersebut selesai<br />

bekerja, tidak ada penyelesaian yang sebenarnya. Bahkan konflik<br />

kembali bergejolak (Kompas, 25/2/2012; 28/5/2012).<br />

Implikasi yang tidak kalah runyamnya yang terjadi pada periode<br />

ini adalah tumpang tindih perizinan dalam pengelolaan sumber<br />

daya alam. Hal dipengaruhi oleh sektoralisasi pengaturan sumber<br />

daya alam ditambah dengan desentralisasi. Sehingga terjadikan<br />

sektoralisasi horizontal dan vertikal dalam pengurusan sumber daya<br />

alam yang menimbulkan tumbang tindih perizinan. Sebagai contoh<br />

untuk wilayah Kalimantan Timur bahkan luas konsesi pemanfaatan<br />

188<br />

Konstitusionalisme Agraria

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!