12.11.2015 Views

KONSTITUSIONALISME AGRARIA

1TBacat12

1TBacat12

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Perkara itu diregistrasi di Mahkamah Konstitusi dengan<br />

Nomor Perkara 003/PUU-III/2005. Pengujian yang dimohonkan<br />

adalah pengujian formil atas pembentukan Perpu No. 1 Tahun 2004<br />

tentang Perubahan atas UU Kehutanan yang kemudian disahkan<br />

oleh DPR menjadi UU No 19 Tahun 2004 tentang Perubahan UU<br />

Kehutanan. Selain pengujian formil, pemohon juga mengajukan<br />

pengujian materil dengan mendalilkan bahwa ketentuan Pasal 83A<br />

dan Pasal 83B yang tersebut yang berbunyi: “Semua perizinan atau<br />

perjanjian di bidang pertambangan di kawasan hutan yang telah<br />

ada sebelum berlakunya UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan<br />

dinyatakan tetap berlaku sampai berakhirnya izin atau perjanjian<br />

dimaksud.” Ketentuan tersebut merubah makna larangan kegiatan<br />

pertambangan di dalam kawasan hutan lindung yang sudah<br />

diatur sebelumnya dalam Pasal 38 ayat (4) yang berbunyi “Pada<br />

kawasan hutan lindung dilarang melakukan penambangan dengan<br />

pola pertambangan terbuka”. Mahkamah Konstitusi menolak<br />

permohonan permohon tersebut yang putusannya dibacakan dalam<br />

sidang terbuka pada hari kamis, 7 Juli 2005.<br />

Konstitusionalitas tambang di dalam kawasan hutan lindung<br />

Mahkamah Konstitusi menyebutkan bahwa Pasal 83A Perpu No.<br />

1 Tahun 2004 memang merupakan penyimpangan sementara<br />

ketentuan Pasal 38 ayat (4) yang berbunyi “Pada kawasan<br />

hutan lindung dilarang melakukan penambangan dengan pola<br />

pertambangan terbuka.” Sifat sementaranya adalah pada kata-kata<br />

“Sampai berakhirnya izin atau perjanjian dimaksud.” Sehingga,<br />

pada dasarnya penambangan dengan pola pertambangan terbuka di<br />

kawasan hutan lindung tetap dilarang di Indonesia, kalau pun ada<br />

penyimpangan sifatnya adalah transisional (sementara). Dalam hal<br />

ini, meskipun Mahkamah Konstitusi sependapat dengan seluruh<br />

dalil para Pemohon tentang berbagai bahaya dan dampak negatif<br />

penambangan dengan pola pertambangan terbuka di kawasan<br />

hutan lindung, tetapi Mahkamah Konstitusi juga dapat memahami<br />

alasan pembentuk undang-undang tentang perlunya ketentuan<br />

222<br />

Konstitusionalisme Agraria

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!