12.11.2015 Views

KONSTITUSIONALISME AGRARIA

1TBacat12

1TBacat12

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

untuk ditetapkan sebagai kawasan hutan, maka kawasan itu sudah<br />

dianggap sebagai dasar yuridis untuk menentukan wilayah kawasan<br />

hutan sehingga bisa diterapkan ketentuan pidana. Hal ini bukan saja<br />

sekadar terdapatnya kontradiksi internal (contradictio in terminis),<br />

tetapi lebih mendasar dari itu adalah sebuah “pembangkangan”<br />

terhadap putusan Mahkamah Konstitusi. Bahaya dari ketentuan<br />

ini adalah kriminalisasi terhadap masyarakat yang berada di dalam<br />

dan di sekitar kawasan hutan yang selama ini berkonflik dengan<br />

pemerintah dan pengusaha karena tidak ada kepastian hukum<br />

mengenai batas kawasan hutan. UU Pencegahan dan Pemberantasan<br />

Perusakan Hutan akan semakin membuat masyarakat mengalami<br />

represi dari ketidakdilan dan masalah ketidakpastian hukum<br />

mengenai batas kawasan hutan.<br />

Belum lagi bila dikaitkan dengan Pasal 6 ayat (1) huruf d UU<br />

Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan yang menyebutkan<br />

bahwa: “Peta penunjukan kawasan hutan dan/atau koordinat<br />

geografis sebagai dasar yuridis batas kawasan hutan.” Padahal<br />

berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi, kekuatan yuridis dari<br />

kawasan hutan diperoleh setelah ada penetapan kawasan hutan oleh<br />

pemerintah, bukan berdasarkan peta penunjukan kawasan hutan.<br />

Ketentuan-ketentuan yang kontradiktif dalam UU Pencegahan dan<br />

Pemberantasan Perusakan Hutan menunjukan siasat dari pemerintah<br />

dan DPR dalam menghindari prinsip-prinsip konstitusionalitas<br />

undang-undang terkait dengan tanah dan sumber daya alam lainnya.<br />

Bahkan penegak hukumpun melakukan siasat ketika Mahkamah<br />

Konstitusi membatalkan dasar hukum yang digunakannya dalam<br />

perkara yang ditanganinya berkaitan dengan konflik perkebunan.<br />

Seperti pada pada perkara Perkara No. 423/Pid.B/2011/PN.Spt pada<br />

Pengadilan Negeri Sampit dan Putusan Perkara No. 52/PID/2012/<br />

PT.PR pada Pengadilan Tinggi Palangka Raya atas nama terdakwa<br />

Mulyani Handoyo Bin Supeno. Kasus ini pada mulanya adalah<br />

kriminalisasi terhadap Mulyani Handoyo yang berkonflik dengan<br />

perusahan perkebunan sawit PT. Buana Artha Sejahtera (PT. BAS),<br />

anak perusahaan dari Sinar Mas Group yang menanami kelapa sawit<br />

di tanah masyarakat Desa Biru Maju, Kalimantan Tengah.<br />

Konstitusi Agraria dan Mahkamah Konstitusi 325

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!