12.11.2015 Views

KONSTITUSIONALISME AGRARIA

1TBacat12

1TBacat12

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

setelah reformasi tidak lagi menggunakan konsep HMN. Demikian<br />

pula dalam berbagai putusan Mahkamah Konstitusi dalam menguji<br />

undang-undang di bidang tanah dan sumber daya alam lainnya,<br />

terminologi hak menguasai negara sudah mulai ditinggalkan. Oleh<br />

karena itu, di dalam buku ini HMN hanya diposisikan sebagai<br />

salah satu konsep yang ada dalam tahapan perkembangan konsepsi<br />

penguasaan negara atas tanah dan sumber daya alam lainnya.<br />

Kedua, penelitian terdahulu umumnya memfokuskan kajian<br />

agraria sebagai tanah (pertanian). Kecuali Abrar Saleng yang<br />

membahas konsepsi dan pelaksanaan kebijakan agraria dalam sektor<br />

pertambangan. Buku ini membahas agraria dalam pengertian yang<br />

luas, yang tidak terbatas pada pertanahan saja. Namun agar tidak<br />

terlalu melebar, maka sektor agraria yang dicakupi oleh penelitian<br />

ini meliputi pertanahan, perkebunan, kehutanan dan pertambangan.<br />

Pada beberapa bagian juga akan dibahas sekilas perkembangan<br />

kebijakan pada sektor kelautan dan lingkungan hidup.<br />

Ketiga, periodisasi waktu dan pendekatan. Buku ini membagi<br />

periode kebijakan agraria yang merupakan penggunaan terhadap<br />

konstitusi agraria dalam tiga rezim pemerintahan, yaitu Pertama,<br />

periode pemerintahan Presiden Soekarno (1945-1966). Secara<br />

formal Presiden Soekarno diangkat pada 18 Agustus 1945 dan<br />

diberhentikan oleh MPRS pada tanggal 12 Maret 1967, namun<br />

secara substansial peralihan tampuk kekuasaan tersebut telah<br />

dimulai sejak dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret 1966. Kedua,<br />

periode pemerintahan Presiden Soeharto (1966-1998). Ketiga,<br />

periode pemerintahan setelah Presiden Soeharto (1998-2012). Pada<br />

periode terakhir ini ada beberapa presiden antara lain BJ. Habibie,<br />

Abdurahman Wahid, Megawati Soekarno Putri dan Susilo Bambang<br />

Yudhoyono.<br />

Pembagian ke dalam tiga rezim pemerintahan itu dapat<br />

disandingkan dengan perkembangan tiga semangat zaman (zeitgeist)<br />

dari masing-masingnya (Bdk Fauzi, 1999; Rachman, 2012). Periode<br />

1945-1966 dapat pula disebut sebagai periode dimana semangat<br />

nasionalisme sedang menguat. Meskipun pada masa itu terdapat<br />

berbagai paham politik, namun semangat nasionalisme yang anti-<br />

Wacana Konstitusi Agraria 19

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!