29.06.2015 Views

prosidingshn2014

prosidingshn2014

prosidingshn2014

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Simposium Hukum Nasional 2014<br />

4. Anggapan bahwa hal-hal yang berkaitan dengan keluarga tidak<br />

patut dicampuri oleh masyarakat.<br />

5. Masyarakat tidak mengetahui secara jelas anak-anak yang<br />

mangalami kekeerasan seksual, karena seringnya ciri-cirinya tidak<br />

bisa dilihat secara kasat mata.<br />

6. Sistem dan prosedur pelaporan yang belum diketahui pasti dan jelas<br />

oleh masyarakat luas.<br />

Berbagai pandangan yang berkaitan dengan tujuan hukum<br />

pidana Indonesia itu terkait dengan ketiadaan (kevakuman) rumusan<br />

konkret dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Baru<br />

kemudian dalam rancangan KUHP baik pada konsep (RUU KUHP)<br />

tahun 1972 maupun 1982 dijelaskan mengenai tujuan hukum pidana.<br />

Dalam RUU KUHP 1982, dijelaskan mengenai tujuan pemidanaan<br />

secara akademis berikut ini: 8<br />

1. Mencegah dilakukannya tindak pidana dalam menegakkan norma<br />

hukum demi pengayoman masyarakat<br />

2. Memasyarakatkan terpidana dengan mengadakan pemidanaan<br />

hingga menjadikannya orang baik dan berguna<br />

3. Menyelesaikan konkret yang ditimbulkan oleh tindak pidana<br />

memulihkan keseimbangan dan mendatangkan rasa damai dalam<br />

masyarakat<br />

4. Membebaskan rasa bersalah pada terpidana (Ninik Suparmi:1996:2)<br />

Hukum di Indonesia dalam menyikapi kekerasan seksual<br />

mempunyai tujuan tertentu dibaliknya, sebagai berikut:<br />

1. Pelaku<br />

Berkaitan dengan pelaku, hukuman yang dijatuhkan merupakan<br />

balasan yang setimpal atau diharapkan pelaku dapat menebus dosadosa<br />

(atas kekejian) yang dilakukan kepada korban. Pelaku<br />

dikenakan hukuman yang cukup berat yang dapat membuatnya<br />

menjadi jera atau agar dikemudian hari tidak mengulangi lagi<br />

perbuatan jahatnya. Ada tuntunan untuk mengantarkan manusia<br />

pada pintu tobat, yakni dimensi spiritualitas yang dilalui manusia<br />

dalam membersihkan dirinya dari perbuatan-perbuatan dosa,<br />

tercela, menodai agama, dan merugikan orang lain. Manusia<br />

(pelaku) diberikan sanksi yang tidak sebatas meringankan bebannya<br />

di dunia, namun juga diorientasikan untuk meringankan beban yang<br />

harus dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.<br />

2. Masyarakat<br />

Hukuman yang cukup berat dijatuhkan pada pelaku itu diharapkan<br />

menjadi suatu proses pendidikan kesadaran perilaku dari<br />

8 Dalam Irfan, Muhammad dan Abdul Wahid: 2012: 100.<br />

73

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!