prosidingshn2014
prosidingshn2014
prosidingshn2014
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Simposium Hukum Nasional 2014<br />
(1) Barang siapa dalam perkawinan bersetubuh dengan seorang wanita<br />
yang diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya bahwa yang<br />
bersangkutan belum waktunya untuk di kawin, apabila perbuatan<br />
mengakibatkan luka-luka diancam dengan pidana paling lama empat<br />
bulan.<br />
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, dijatuhkan pidana<br />
penjara paling lama delapan tahun.<br />
(3) Jika mengakibatkan mati, dijatuhkan pidana penjara paling lama dua<br />
belas tahun.<br />
Pasal 288 ayat 1 mengandung unsur perkawinan yang hanya mencakup<br />
perkawinan di bawah umur. KUHP tidak menjelaskan apakah perkawinan<br />
yang dimaksud adalah perkawinan yang terjadi karena sukarela ataupun<br />
karena adanya paksaan. Perlindungan terhadap perkawinan di bawah umur<br />
juga diatur di dalam dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang<br />
Perlindungan Anak Pasal 26 ayat (1) huruf C yang menyatakan bahwa<br />
orang tua berkewajiban mencegah terjadinya perkawinan pada usia anakanak.<br />
Pasal 288 ayat 1 juga memberi ancaman hukuman lebih ringan (4<br />
tahun) kepada pelaku perkosaan perempuan di bawah umur dan<br />
menimbulkan luka-luka. Bandingkan dengan pasal 285 yaitu perkosaan<br />
terhadap perempuan dewasa (tidak dalam keadaan pingsan atau luka-luka)<br />
yang diancam hukuman maksimal 12 tahun. Hal ini menimbulkan keanehan<br />
karena pasal itu dapat diinterpretasi bahwa semakin muda umur perempuan<br />
korban perkosaan (di bawah umur), dan menderita luka-luka akibat<br />
perkosaan itu, maka semakin ringan hukuman bagi pelakunya. 12<br />
<br />
<br />
Poin 4.2 Hanya terbatas luka fisik, tidak ada pembahasan luka psikologis,<br />
dan juga hanya terbatas pada wanita<br />
Rekomendasi 4.2 Memperluas cakupan luka dan korban pada pasal ini.<br />
Pasal ini hanya mencakup perkawinan di bawah umur yang berakibat<br />
luka, luka berat, atau kematian (diatur dalam ayat (2) dan (3)). Hal ini<br />
berarti bahwa perkawinan di bawah umur yang tidak mengakibatkan luka,<br />
luka berat, atau matinya perempuan yang menjadi istrinya tidak dapat<br />
dikenai pasal ini. Padahal, dampak negatif dari perkawinan di bawah umur<br />
tidak selalu dalam bentuk fisik, namun juga dapat mengakibatkan trauma<br />
psikologis. Demikian juga dampak dari kekerasan seksual tidak hanya<br />
sebatas luka fisik saja, melainkan juga luka psikologis seperti halnya rasa<br />
takut, gelisah, dan depresi.<br />
Poin 4.3 Ketentuan dalam Pasal ini hanya mencakup perkawinan di bawah<br />
umur<br />
12 Topo Santoso, ibid.<br />
191