prosidingshn2014
prosidingshn2014
prosidingshn2014
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Simposium Hukum Nasional 2014<br />
kecenderungan berbuat jahat. Hukuman itu menjadi prevensi<br />
(pencegahan) agar anggota masyarakat yang hendak berbuat jahat<br />
tidak meluruskan aksi kejahatannya. Jika pelaku kejahatan<br />
kekerasan seksual mendapatkan sanksi hukum sebagaimana yang<br />
digariskan dalam syariat islam, maka sangat mungkin anggota<br />
masyarakat yang bermaksud melakukan perbuatan sejenis dapat<br />
dicegahnya.<br />
3. Korban<br />
Dengan menerapkan sanksi hukum kepada pelaku, maka secara<br />
tidak langsung hal itu merupakan bentuk suatu perhatian<br />
(perlindungan) secara hukum kepada korban kejahatan.<br />
Perlindungan hukum kepada anak (khususnya perempuan) yang<br />
menjadi korban kejahatan ini bukan hanya terbatas kepada<br />
dihukumnya pelaku, namun juga kepada akibat yang menimpanya,<br />
seperti kehamilan akibat pemerkosaan.<br />
Korban tindak kekerasan seksual memiliki hak-hak yang wajib<br />
ditegakkan. Rasa sakit hati, penderitaan, ketakutan, dan berbagai<br />
macam dampak buruk yang menimpa dirinya pasca tindak kekerasan itu<br />
mendapatkan perhatian yang serius dari hukum Islam. Korban tidak<br />
boleh diabaikan sendirian memperjuangkan nasib yang menimpanya,<br />
namun wajib difasilitasi oleh penegak hukum dalam memperjuangkan<br />
nasibnya.<br />
Terkadang, dalam kasus penyelesaian pengadilan, banyak<br />
keluarga korban merasa tidak puas terhadap hasil sidang dan vonis<br />
hukuman yang dijatuhkan hakim terhadap pelaku kekerasan seksual.<br />
Karena logikanya mereka telah merenggut kehidupan dan masa depan<br />
dari korban bahkan bisa saja hal ini masih mempengaruhi di kehidupan<br />
korban ke depannya, tetapi putusan hakim memberikan hukuman yang<br />
dirasa tidak setimpal.<br />
Ancaman pidana terhadap pelaku pencabulan diatur dalam pasal<br />
289 KUHP. Pelaku diancam dengan pidana penjara maksimal 9 tahun<br />
penjara. Pro dan kontra tentu juga menyertai tentang ancaman pidana<br />
dalam pasal ini.<br />
Masalahnya adalah tidak adanya ketentuan minimal ancaman<br />
hukuman yang diberikan hanya terdapat maksimal. Artinya adalah<br />
berapapun lamanya ancaman pidana yang diberikan asalkan tidak lebih<br />
dari 9 tahun itu diperbolehkan karena tidak adanya ketentuan minimal.<br />
Berarti putusan hakim yang memberikan ancaman pidana 9<br />
bulan itu juga sah-sah saja, karena mengacu pada pasal 289 KUHP<br />
disana ketentuannya adalah maksimal 9 tahun.<br />
Disinilah dipertanyakannya letak keadilan. Ibaratkan saja<br />
adalah ketika A (usia 35 tahun) telah melakukan perbuatan asusila<br />
terhadap H (usia 13 tahun) diberikan hukuman 2 tahun penjara padahal<br />
74