prosidingshn2014
prosidingshn2014
prosidingshn2014
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Simposium Hukum Nasional 2014<br />
tegas memisahkan antara unsur tindak pidana dengan unsur syaratsyarat<br />
dipidananya si pembuat, sedangkan paham dualisme memisahkan<br />
antara unsur-unsur yang mengenai tindak pidana dan unsur-unsur<br />
mengenai syarat dipidananya si pembuat. 26<br />
Tindak pidana adalah perbuatan yang melanggar larangan yang<br />
diatur oleh aturan hukum yang diancam dengan sanksi pidana. 27 Hal ini<br />
berarti perbuatan yang tidak boleh dilakukan adalah perbuatan yang<br />
menimbulkan akibat dilarang dan diancam sanksi pidana bagi orang<br />
yang melakukan perbuatan tersebut. Perumusan yang lazim dari<br />
pengertian tindak pidana (strafbaar feit) adalah suatu kelakuan manusia,<br />
yang termaksud dalam batas-batas perumusan suatu delik yang<br />
melawan hukum, dan disebabkan karena kesalahan dari pada si<br />
petindak. 28<br />
3. Tinjauan Umum Tentang Pemerkosaan<br />
3.1. Pengertian Pemerkosaan<br />
Tindak pidana perkosaan sebagaimana diatur dalam pasal 285<br />
KUHP adalah: “Barangsiapa yang dengan kekerasan atau dengan<br />
ancaman memaksa perempuan yang bukan isterinya bersetubuh dengan<br />
dia, karena perkosaan, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya<br />
dua belas tahun”.<br />
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, perkosaan berasal dari<br />
kata “perkosa” yang berarti paksa, gagah, kuat, perkasa. Memperkosa<br />
berarti menundukkan dengan kekerasan, menggagahi, melanggar<br />
(menyerang, dsb) dengan kekerasan. Sedangkan pemerkosaan diartikan<br />
sebagai proses, cara, perbuatan memperkosa, melanggar dengan<br />
kekerasan.<br />
Berdasarkan uraian tersebut, maka pengertian perkosaan adalah:<br />
1) Suatu hubungan kelamin yang dilarang dengan seseorang wanita<br />
tanpa persetujuannya.<br />
2) Persetubuhan yang tidak sah oleh seorang pria terhadap seorang<br />
wanita yang dilakukan dengan paksaan dan bertentangan dengan<br />
kemauan atau kehendak wanita yang bersangkutan.<br />
3) Perbuatan hubungan kelamin yang dilakukan seorang pria terhadap<br />
seorang wanita yang bukan istrinya atau tanpa persetujuannya,<br />
dilakukan ketika wanita tersebut ketakutan atau di bawah kondisi<br />
ancaman lannya. (Suryono Ekotama dkk, 2001: 99).<br />
26 Adam Chazawi, Hukum Pidana Positif Penghinaan, (Surabaya: Putra<br />
Media Nusantara, 2009), hlm. 16.<br />
27 Suharto R.M., Hukum Pidana Materil (Unsur-Unsur Objektif Sebagai<br />
Dasar Dakwaan), Jakarta: Sinar Grafika, 2002, hlm. 28.<br />
28 H.A.K. Moch. Anwar, Hukum Pidana Bagian Khusus Jilid I,<br />
Bandung: Alumni, 1989, hlm. 12.<br />
83