29.06.2015 Views

prosidingshn2014

prosidingshn2014

prosidingshn2014

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Simposium Hukum Nasional 2014<br />

• “Tuhan tidak memandang tubuh dan wajahmu, tetapi<br />

memandang pada hati dan perbuatanmu”. (Hadits).<br />

• “Wahai manusia.Sesungguhnya darah (hidup) kamu,<br />

kehormatanmu dan harta-milikmu adalah suci dan mulia.<br />

(Hadits Nabi).<br />

• Setiap muslim diharamkan mengganggu/mencederai/melukai<br />

hak hidup, kehormatan diri dan hak milik muslim yang lain.<br />

(Hadits).<br />

Seluruh Prinsip tersebut pada hakikatnya merupakan<br />

konsekuensi paling rasional atas doktrin Kemahaesaan Tuhan, Allah.<br />

Keyakinan ini dalam bahasa Islam disebut: Tauhid. Menurut doktrin ini,<br />

semua manusia, tanpa melihat asal-usulnya pada ujungnya berasal dari<br />

sumber yang tunggal, sama, yakni ciptaan Tuhan. Oleh karena itu tidak<br />

satupun ciptaan Tuhan berhak memiliki keunggulan atas yang lainnya.<br />

Keunggulan manusia satu atas manusia yang lain hanyalah pada aspek<br />

kedekatan dan ketaatannya kepada hukum-hukum Tuhan. Al-Qur'an<br />

menyebut keunggulan ini dengan kata “Taqwa”. Dalam ayat-ayat al<br />

Qur'an taqwa tidak dibatasi maknanya hanya pada aspek-aspek<br />

kebaktian atau peribadatan personal sebagaimana kesan umum selama<br />

ini, melainkan lebih pada dimensi-dimensi moralitas sosial, ekonomi,<br />

budaya, politik dan lain-lain. Atau dengan bahasa lain taqwa adalah<br />

moralitas kemanusiaan dalam maknanya yang luas. Dalam bahasa lain,<br />

taqwa adalah al-Akhlaq al-Karimah (budi pekerti luhur) atau etika<br />

kemanusiaan.<br />

Prinsip-prinsip tersebut harus menjadi dasar bagi setiap<br />

keputusan hukum atau aturan kehidupan manusia. Jika demikian, maka<br />

bagi saya adalah tidak masuk akal jika agama melahirkan praktik<br />

hukum, aturan atau kebijakan yang tidak adil, tidak menghargai<br />

martabat manusia, diskriminatif, dan tidak melahirkan kesalingan kasih.<br />

Jika hal-hal ini yang terjadi, maka pastilah interpretasi (pemaknaan)<br />

atasnya dan cara pandang sosial, budaya, politik dan keagamaan<br />

mengandung kekeliruan, meskipun dengan mengatasnamakan teks-teks<br />

ketuhanan.<br />

Pertanyaan yang sering muncul di tengah publik adalah<br />

apakah hukum-hukum dalam teks-teks Islam yang partikular yang<br />

dipandang diskriminatif, seperti “laki-laki adalah pemegang otoritas<br />

atas kaum perempuan”, (Q.S. al-Nisa, [4]:34), tidak mengandung nilainilai<br />

moral di atas. Jawabannya adalah bahwa aturan-aturan hukum<br />

yang bersifat khusus (partikular) yang terdapat dalam sumber-sumber<br />

autentik dapat dipandang sebagai aturan yang mengandung moral. Akan<br />

tetapi ia dianggap demikian karena aturan tersebut lebih diterima<br />

sebagai solusi yang bersifat ketuhanan atas problem partikular yang ada<br />

dalam kondisi tertentu. Dengan berubahnya kondisi, aturan-aturan<br />

5

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!