prosidingshn2014
prosidingshn2014
prosidingshn2014
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Simposium Hukum Nasional 2014<br />
Alat bukti kelima yang dapat diperiksa oleh hakim mengenai kasus<br />
perkosaan tersebut yaitu keterangan terdakwa yang diatur dalam pasal<br />
189 KUHAP. Keterangan terdakwa dapat berupa terdakwa mengakui<br />
perbuatannya maupun terdakwa tidak mengakui perbuatannya.<br />
Meskipun terdakwa telah mengakui perbuatannya, hal tersebut tetap<br />
tidak cukup sebagai bukti sehingga harus disertai alat bukti yang lain.<br />
D. Kekuatan Pembuktian Mengarah ke Pelakunya<br />
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa dalam proses<br />
pembuktian dalam tindak pidana perkosaan seringkali menemui jalan<br />
yang terjal. Penyebab proses pembuktian kasus perkosaan menjadi sulit<br />
diantaranya dikarenakan oleh tidak adanya saksi mata selain saksi<br />
korban pada saat terjadinya peristiwa tersebut karena seringkali<br />
peristiwa tersebut dilakukan di tempat-tempat tertutup yang tidak<br />
diketahui oleh orang lain. 7<br />
Kesulitan yang lainnya yaitu korban tidak langsung melaporkan<br />
peristiwa yang telah dialaminya itu kepada aparat terkait dikarenakan<br />
korban merasa jijik dan “hina” setelah diperkosa sehingga si korban<br />
langsung membersihkan tubuhnya dengan mandi. Pada saat korban<br />
mandi banyak hal yang dapat dijadikan barang bukti ikut hilang,<br />
misalnya sperma, rambut, dan sidik jari si pelaku yang merupakan<br />
bukti-bukti perkosaan yang ada pada diri korban. 8 Hal ini mempersulit<br />
penyidik dalam pengumpulan alat bukti yang kemudian juga<br />
mempersulit jaksa untuk membuktikan tindak pidana perkosaan di<br />
persidangan.<br />
Proses pemeriksaan terhadap korban kasus perkosaan yang baru<br />
saja terjadi dilakukan penyidik khusus perempuan dan anak dalam<br />
waktu yang cepat dan secara diam-diam dalam ruangan pemeriksaan<br />
yang terpisah (khusus). 9 Pihak penyidik harus dapat meyakinkan korban<br />
tentang keamanannya dan menjelaskan prosedur pemeriksaan yang akan<br />
dilakukan. Terhadap korban, segera dilakukan pemeriksaan forensik<br />
oleh dokter setelah korban dalam keadaan stabil. Korban diusahakan<br />
agar tidak pergi ke kamar mandi, mandi, makan, atau minum sampai<br />
pemeriksaan telah selesai dilakukan.<br />
Setelah keadaan korban lebih stabil, penyidik yang berwenang<br />
lalu membuat permintaan tertulis kepada dokter forensik untuk<br />
membuatkan Visum et Repertum (VeR). Dalam permintaan visum ini<br />
korban diantar oleh pihak kepolisian. Visum harus berdasarkan keadaan<br />
yang didapatkan pada tubuh korban saat surat permintaan VeR diterima<br />
7 Hasil Wawancara dengan Aprima Suar, S.H., Bagian Penyidik Polda<br />
Metro Jaya Bapak pada tanggal 23 Oktober 2014.<br />
8 Ibid.<br />
9 Ibid.<br />
94