29.06.2015 Views

prosidingshn2014

prosidingshn2014

prosidingshn2014

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Simposium Hukum Nasional 2014<br />

kasus pemerkosaan, sulit dibuktikan dalam persidangan, karenanya, tidak<br />

jarang tuntutan primer turun menjadi subsider. Berdasarkan alasan hukum<br />

seperti itu, para hakim lebih mengarah pada prinsip meminimalkan sanksi<br />

hukum bagi pemerkosa. 9<br />

Grafik 2: Persentase Konsekuensi yang Dihadapi Pelaku Laki-laki atas<br />

Perkosaan Terhadap Perempuan.<br />

Indonesia memang hanya menetapkan ancaman pidana penjara bagi<br />

pelaku perkosaan. Berbeda dengan ancaman hukuman di beberapa negara,<br />

ancaman hukuman bagi pemerkosan diperberat jika korbannya mengalami<br />

luka berat atau gila. KUHP Filipina mengancam dengan pidana mati sebagai<br />

pemberatan yaitu jika perkosaan itu mengakibatkan gila atau mati.<br />

Sementara mengenai hukumannya, ada yang menghukum dengan kerja<br />

berat (KUHP Perancis) dan pengasingan tetap (KUHP Filipina). 10<br />

<br />

Poin 1.4 Menurut Pasal 285, korban hanya sebatas wanita sehingga tidak<br />

melindungi tentang pemerkosaan terhadap korban laki-laki.<br />

Rekomendasi 1.4 Menentukan adanya ketentuan pemerkosaan terhadap<br />

korban laki-laki di dalam RKUHP.<br />

Masalah lain dalam pasal 285 adalah dalam pasal tersebut dituliskan<br />

bahwa korban hanya sebatas wanita, sehingga membuka kemungkinan<br />

9 M. Hisyam Syafioedin dan Faturochman, “Hukuman Bagi Pemerkosa dan<br />

Perlindungan Bagi Korban”, diakses dari http://fatur.staff.ugm.ac.id/file/BUKU%20-<br />

%20Hukuman%20bagi%20pemerkosa.pdf pada 20 Juli 2014.<br />

10 Topo Santoso, Op. Cit., hlm. 56.<br />

186

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!