prosidingshn2014
prosidingshn2014
prosidingshn2014
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Simposium Hukum Nasional 2014<br />
1. Kekerasan<br />
Kekerasan berarti penganiayaan, penyiksaan, atau perlakuan<br />
salah. Menurut WHO (dalam Bagong. S, dkk, 2000). Kekerasan adalah<br />
penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan, ancaman atau tindakan<br />
terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok orang atau<br />
masyarakat yang mengakibatkan atau kemungkinan besar<br />
mengakibatkan memar/ trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan<br />
perkembangan atau perampasan hak.<br />
2. Kekerasan Seksual<br />
Kekerasan seksual merupakan bentuk kontak seksual atau<br />
bentuk lain yang tidak diinginkan secara seksual. Kekerasan seksual<br />
biasanya disertai dengan tekanan psikologis atau fisik (O‟Barnett et al.,<br />
dalam Matlin, 2008). Perkosaan merupakan jenis kekerasan seksual<br />
yang spesifik. Perkosaan dapat didefiniskan sebagai penetrasi seksual<br />
tanpa izin atau dengan paksaan, disertai oleh kekerasan fisik (Tobach,<br />
dkk dalam Matlin, 2008).<br />
Kekerasan seksual adalah isu penting dan rumit dari seluruh<br />
peta kekerasan terhadap perempuan karena ada dimensi yang sangat<br />
khas bagi perempuan. Persoalan ketimpangan relasi kuasa antara pelaku<br />
dan korban adalah akar kekerasan seksual terhadap perempuan. Dalam<br />
kasus kekerasan seksual terhadap perempuan, ketimpangan relasi kuasa<br />
yang dimaksud adalah antara laki-laki dan perempuan. Ketimpangan<br />
diperparah ketika satu pihak (pelaku) memiliki kendali lebih terhadap<br />
korban. Kendali ini bisa berupa sumber daya, termasuk pengetahuan,<br />
ekonomi dan juga penerimaan masyarakat (status sosial atau modalitas<br />
sosial). Termasuk pula kendali yang muncul dari bentuk hubungan<br />
patron-klien atau feodalisme, seperti antara orangtua-anak, majikanburuh,<br />
guru-murid, tokoh masyarakat-warga dan kelompok bersenjata<br />
atau aparat-penduduk sipil.<br />
Komnas Perempuan mencatat dalam waktu tiga belas tahun<br />
terakhir kasus kekerasan seksual berjumlah hampir seperempat dari<br />
seluruh total kasus kekerasan, atau 93.960 kasus dari seluruh kasus<br />
kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan (400.939). Artinya<br />
setiap hari 20 perempuan menjadi korban kekerasan seksual. Data ini<br />
merupakan hasil dokumentasi yang berasal dari CATAHU, yaitu catatan<br />
tahunan Komnas Perempuan bersama lembaga-lembaga layanan bagi<br />
perempuan korban, pemantauan Komnas Perempuan tentang<br />
pengalaman kekerasan terhadap perempuan di dalam konteks Aceh,<br />
Poso, Tragedi 1965, Ahmadiyah, migrasi, Papua, Ruteng, pelaksanaan<br />
Otonomi Daerah, dan rujukan Komnas Perempuan pada data dari Tim<br />
Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Kerusuhan Mei 1998 serta<br />
Komisi Penerimaan, Kebenaran dan Rekonsiliasi Timor Leste (CAVR).<br />
119