29.06.2015 Views

prosidingshn2014

prosidingshn2014

prosidingshn2014

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Simposium Hukum Nasional 2014<br />

Coba Anda jelaskan apakah persetubuhan antara Anda dengan<br />

Saudara A tersebut dilakukan secara mau sama mau, jelaskan?<br />

Sebelum Anda bersama Santi (bukan nama sebenarnya) diajak main ke<br />

rumah temannya tersebut, apakah Anda tidak merasa curiga<br />

sebelumnya?<br />

Tambahan pertanyaan penyidik pada korban kedua dalam kasus yang<br />

sama:<br />

Apakah Anda sewaktu diperkosa oleh Saudara H (bukan nama<br />

sebenarnya) tersebut siapa yang memasukkan alat kemaluannya<br />

ketempat vagina Anda, dan apakah Anda ikut membantu<br />

memasukkannya?<br />

Apakah sewaktu Saudara H memasukkan alat kemaluannya ke dalam<br />

vagina Anda, apakah Anda berusaha mengelakkannya?<br />

Bandingkan dengan pertanyaan pelaku perkosaan dalam kasus yang<br />

sama:<br />

Penyidik : Setelah selesai persetubuhan apa tindakan atau reaksi<br />

Saudari S (bukan nama sebenarnya), jelaskan?<br />

Pelaku : Setelah selesai bersetubuh tidak ada reaksi dari Saudari S<br />

melainkan langsung tidur dan saya sendiri keluar untuk cuci<br />

muka ke kamar mandi dan kemudian kembali ke kamar tidur<br />

dan tidur bersama-sama Saudari S.<br />

Penyidik : Apakah persetubuhan yang Anda lakukan dengan Saudari S<br />

tersebut dilakukan secara paksa atau mau sama mau, jelaskan?<br />

Pelaku : Dilakukan mau sama mau karena saya mau bertanggung<br />

jawab untuk menikahinya.<br />

Dalam kasus yang terjadi 11 tahun sebelum adanya Peraturan Menteri<br />

Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Permenneg<br />

PP&PA) Nomor 1 Tahun 2010 ini, terlihat baik penyidik maupun pelaku<br />

berpegang pada kenikmatan seksual perempuan menurut persepsi mereka<br />

yang sangat bias laki-laki. Karenanya mereka meragukan kebenaran<br />

pengalaman korban, bahkan untuk itu mereka tak segan-segan mengajukan<br />

pertanyaan-pertanyaan yang intinya melecehkan dan menyalahkan korban<br />

(victim blaming) juga menyudutkan korban sebagai pihak yang turut<br />

bertanggung jawab terhadap peristiwa perkosaan tersebut (victim<br />

participating). 20<br />

20 Ratna Batara Munti, Kekerasan Seksual: Mitos dan Realitas, Kelemahan<br />

Aturan dan Proses Hukum, Serta Strategi Menggapai Keadilan, dalam Perempuan<br />

Indonesia dalam Masyarakat yang Tengah Berubah, Jakarta: Program Studi Kajian<br />

Wanita Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2000, hlm. 389-390.<br />

198

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!