prosidingshn2014
prosidingshn2014
prosidingshn2014
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Simposium Hukum Nasional 2014<br />
dalam menempatkan pasal-pasal kesusilan semata-mata sebagai<br />
persoalan pelanggaran terhadap budaya, norma agamadan sopan santun<br />
yang berkaitan dengan nafsu perkelaminan, bukan kejahatan terhadap<br />
orang (tubuh dan jiwa). 7<br />
Menanggapi permasalahan tersebut, Kementerian Negara<br />
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia<br />
(KemenPP&PA RI) mengeluarkan Peraturan Menteri Negara PPA<br />
Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang<br />
Pelayanan Terpadu terhadap Perempuan dan Anak Korban Kekerasan.<br />
Dalam peraturan tersebut, korban kekerasan seksual menjadi salah satu<br />
lingkup permasalahan yang perlu diberikan pelayanan berdasarkan<br />
standar-standar yang ditetapkan. Adapun bidang-bidang layanan<br />
tersebut mencakup: 8<br />
1) Penanganan Pengaduan<br />
2) Pelayanan Kesehatan<br />
3) Rehabilitasi Sosial<br />
4) Penegakan dan Bantuan Hukum<br />
5) Pemulangan dan Reintegrasi Sosial<br />
Menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi korban kekerasan<br />
seksual untuk memperjuangkan keadilan atas apa yang telah<br />
dialaminya. Serangkaian proses penegakan dan bantuan hukum<br />
seyogyanya mampu menyingkap kesunyian dan berdampingan bersama<br />
korban memperjuangkan keadilan. Akan tetapi pada kenyataannya,<br />
sarana tersebutlah yang kerap membungkam bahkan mengalienasikan<br />
korban.<br />
B. Penanganan Korban Kekerasan Seksual berdasarkan<br />
Peraturan Perundang-undangan di Indonesia<br />
1. Korban Kekerasan Seksual<br />
Merujuk kepada pengertian dari Undang-Undang Nomor 13<br />
Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, pengertian dari<br />
korban adalah seseorang yang mengalami penderitaan fisik, mental,<br />
dan/atau kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh suatu tindak<br />
pidana. 9 Menurut Kristi Poerwandari, kekerasan seksual mencakup<br />
melakukan tindakan yang mengarah ke ajakan atau desakan seksual,<br />
7 Rahayu Surtiati Hidayat dan E. Kristi Poerwandari, Op.Cit, hlm. 383 .<br />
8<br />
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak<br />
Republik Indonesia, ProsedurStandar Operasional: Pelaksanaan Standar<br />
Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Layanan Terpadu bagi Perempuan dan<br />
Anak Korban Kekerasan, (Jakarta: KemenPP&PA RI, 2010), hlm. 4.<br />
9 Pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang<br />
Perlindungan Saksi dan Korban<br />
106