prosidingshn2014
prosidingshn2014
prosidingshn2014
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Simposium Hukum Nasional 2014<br />
c. Tanda gangguan kejiwaan korban akibat ancaman, kekerasan atau<br />
perbuatan pelaku<br />
d. Anamnesis 29 terhadap korban yang sesuai.<br />
e. Bukti koroborasi langsung diperoleh dari korban yang sesuai. 30<br />
f. Bukti pelengkap yang diperoleh oleh saksi-saksi selain korban.<br />
Dalam keprihatinan proses penegakan hukum, sisi pembuktian<br />
perkosaan banyak merugikan korban. Hukum positif tentang perkosaan<br />
sebagai salah satu produk budaya dan sistem masyarakat ini masih<br />
memojokkan korban karena limitatif mendefinisikan perkosaan sebagai<br />
“masuknya penis pelaku ke vagina korban (yang bukan istrinya) secara<br />
ancaman paksaan atau berkekerasan”. Unsur-unsur delik pidananya sulit<br />
ditegakkan akibat ketiadaan atau kekurang-akuratan bukti medik (yang<br />
diperoleh dari tubuh korban atau pelaku) dan/atau benda bukti biologis<br />
(benda yang berasal dari unsur tubuh manusia yang diperoleh dari tempat<br />
kejadian perkara). 31<br />
Dokter pemeriksa, pada akhirnya akan memberikan laporan tertulis atas<br />
permintaan penyidik dalam bentuk sertifikasi korban yang disebut visum et<br />
repertum (VeR). Pada “Bagian Pemberitaan” dan “Kesimpulan” VeR<br />
setidaknya memberikan informasi tentang: persetubuhan lama (di masa<br />
lalu) atau baru, adanya perlakuan yang menunjukkan adanya perlawanan<br />
dan pertahanan korban. Juga tentang ada atau tidaknya pengaruh obat atau<br />
zat terlarang lain, tentang perlukaan di daerah genitalis (termasuk kondisi<br />
atau keutuhan selaput dara), usia korban, dan lain-lain. Namun seringkali<br />
dokter pemeriksa tidak dapat menyimpulkan secara tegas kebenaran<br />
persetubuhan, sehingga pendapat subjektifnya atas dasar objektivitas<br />
“Bagian Pemberitaan” VeR yang disimpulkannya hanya berisi tentang<br />
kemungkinan persetubuhan. 32<br />
Selain pada tubuh korban, perlu diperiksa bukti biomedik korban pada<br />
pelaku, yaitu tanda persetubuhan berupa sel epitel vagina korban pada<br />
penis pelaku (baik perorangan atau kelompok). Termasuk adanya epitel<br />
kulit pelaku pada kuku korban yang dapat dianalisis DNA-nya untuk<br />
menentukan pelaku. 33<br />
29<br />
Menurut Kamus Besar Bahasa IIndonesia, anamnesis adalah 1) Istilah<br />
Psikologi untuk keterangan tentang kehidupan seseorang yang diperoleh melalui<br />
wawancara dan sebagainya, 2) Dokumen riwayat orang sakit dan penyakitnya pada<br />
masa lampau.<br />
30 Bukti koroborasi berupa bukti-medik seperti benda biologis korban pada<br />
benda-benda di TKP, baik bukti persetubuhan maupun perlawanan korban.<br />
Prof. Agus Purwadianto, Op. Cit., hlm. 109.<br />
31 Ibid., hlm. 5.<br />
32 Prof. Agus Purwadianto, Op. Cit, hlm. 133.<br />
33 Ibid, hlm. 110.<br />
203