prosidingshn2014
prosidingshn2014
prosidingshn2014
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Simposium Hukum Nasional 2014<br />
a. hak atas kompensasi dalam kasus pelanggaran hak asasi manusia<br />
yang berat;<br />
b. hak atas restitusi atau ganti kerugian yang menjadi tanggung jawab<br />
pelaku tindak pidana.<br />
Namun dalam pasal 7 ayat (3) hanya disebutkan bahwa<br />
ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian kompensasi dan restitusi<br />
diatur dengan Peraturan Pemerintah, sedangkan hingga saat ini belum<br />
ada satupun Peraturan Pemerintah yang mengatur mekanisme<br />
pemberian kompensasi dan restitusi tersebut. 12 Terkait perlindungan dan<br />
hak saksi dan korban pada pasal 5 Undang-undang LPSK hanya terbatas<br />
kepada kasus-kasus tertentu yang tidak menjelaskan secara eksplisit<br />
mengenai kasus kekerasan seksual. Munculnya juga MoU LPSK dengan<br />
Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) hanya bergerak dalam hal<br />
rehabilitasi sosial dan psikososial yakni pasal 6 saja, namun terkait<br />
jaminan pasal 5 inilah yang dirasa kurang untuk kasus kekerasan<br />
seksual.<br />
C. Pembaharuan Perlindungan Hukum dan Penanganan Korban<br />
Kekerasan Seksual<br />
Terkait segala kekurangan dan kelemahan dalam sistem<br />
penegakan hukum dan/atau perlindungan hukum khusus kepada korban<br />
kekerasan seksual maka perlu adanya pembaharuan hukum yang sesuai<br />
akan kebutuhan nyata korban dari kekerasan seksual tersebut, antara<br />
lain:<br />
1) Dimulai dengan mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai<br />
hukum tentang kekerasan seksual sehingga perspektif masyarakat<br />
mengenai hukum terutama tidak salah serta tidak takut dalam<br />
melapor masalah seputar kekerasan seksual.<br />
2) Terdapat standar perlakuan untuk korban tindak pidana yang<br />
bersifat privasi, antara lain:<br />
a. Semua korban tindak pidana, penyelewengan wewenang atau<br />
pelanggaran hak asasi manusia hendaknya diperlakukan dengan<br />
belas kasihan dan dihargai;<br />
b. Korban hendaknya memperoleh akses pada mekanisme<br />
peradilan dan langkah perbaikan langsung;<br />
c. Prosedur langkah perbaikan hendaknya cepat, adil, murah, dan<br />
dapat diakses;<br />
d. Korban hendaknya diberitahu hak-haknya untuk memperoleh<br />
pemulihan dan perlindungan;<br />
12 Zaky Alkazar Nasution, Perlindungan Hukum terhadap Perempuan<br />
dan Anak Korban Perdagangan Manusia (Tesis), Semarang: Fakultas Hukum<br />
Universitas Dipenogoro, 2008), hlm. 116.<br />
156