prosidingshn2014
prosidingshn2014
prosidingshn2014
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Simposium Hukum Nasional 2014<br />
Oleh sebab itu, pengertian perkosaan (modern) tidak lagi<br />
difokuskan pada pemaksaan dan hubungan seksual, tetapi diperluas<br />
sehingga mencakup beberapa hal, yaitu: 5<br />
a. Forcible rape, yakni persetubuhan yang bertentangan dengan<br />
kehendak wanita yang disetubuhi;<br />
b. Persetubuhan tanpa persetujuan wanita (wanita dalam keadaan tidak<br />
sadar);<br />
c. Persetubuhan dengan persetujuan wanita, tapi persetujuan itu<br />
dicapai melalui ancaman pembunuhan atau penganiayaan;<br />
d. Rape by fraud, persetubuhan yang terjadi karena wanita percaya<br />
bahwa laki-laki yang menyetubuhinya adalah suaminya, jadi disini<br />
ada unsur penipuan atau penyesatan;<br />
e. Statutory rape, yaitu persetubuhan dengan wanita berusia di bawah<br />
empat belas tahun meskipun atas dasar suka sama suka.<br />
Beberapa hal yang membedakan konsep tindak pidana<br />
perkosaan menurut konsep KUHP dengan KUHP yaitu:<br />
a. bahwa untuk adanya tindak pidana perkosaan tidak harus ada<br />
kekerasan, yang harus ada adalah adanya pertentangan kehendak<br />
(pasal 389 ayat (1) ke-1);<br />
b. tindak pidana perkosaan bisa juga terjadi dalam bentuk persetujuan<br />
persetubuhan dalam hal korban/wanitanya berusia di bawah empat<br />
belas tahun (pasal 389 ayat (1) ke-5);<br />
c. tindak pidana perkosaan (persetubuhan) tidak hanya berarti<br />
masuknya alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin perempuan<br />
tapi juga bisa berarti masuknya alat kelamin laki-laki ke dalam anus<br />
atau mulutnya perempuan;<br />
d. dan juga bisa berarti memasukkan suatu benda-benda seperti alat<br />
elektronik berbentuk kemaluan laki-laki atau alat-alat lainnya<br />
(bukan hanya alat kelamin) ke dalam vagina atau anus seorang<br />
perempuan.<br />
Konsep itu merupakan langkah maju dibandingkan keberadaan<br />
rumusan dalam Pasal-Pasal KUHP yang lama yang cenderung tidak bisa<br />
mengakomodasi perkembangan kehidupan bermasyarakat dan<br />
berbangsa. Kasus-kasus kejahatan kekerasan seksual yang modus<br />
operandinya kasar, keji, vulgar, dan sangat menjatuhkan martabat<br />
kemanusiaan dipersamakan dengan kejahatan kesusilaan pada<br />
umumnya.<br />
5<br />
Muladi, Memperketat Delik Susila, dalam Abdul Wahid dan<br />
Muhammad Irfan, Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan Seksual<br />
(Advokasi Atas Hak Asasi Perempuan), (Bandung: Refika Aditama, 2001),<br />
hlm. 115.<br />
44