prosidingshn2014
prosidingshn2014
prosidingshn2014
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Simposium Hukum Nasional 2014<br />
konvensi tersebut. Selain itu, sebagai bentuk keseriusan pemerintah<br />
dalam memberikan perlindungan terhadap anak, dibentuklah undangundang<br />
khusus mengenai perlindungan anak, yaitu Undang-undang<br />
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Didalam UU<br />
Perlindungan Anak tersebut juga disebutkan hak-hak serta perlindungan<br />
terhadap anak, dengan tidak terlepas pada prinsip-prinsip perlindungan<br />
anak, yaitu nondiskriminasi, kepentingan yang terbaik bagi anak, hak<br />
untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan, dan penghargaan<br />
terhadap pendapat anak.<br />
UU Perlindungan Anak juga menyertakan ketentuan pidana<br />
bagi yang melakukan pelanggaran terhadap hak-hak anak. Ketentuan<br />
pidana tersebut tentunya tetap berdasarkan asas legalitas. Asas legalitas<br />
dalam hukum positif Indonesia terdapat dalam pasal 1 ayat KUHP yang<br />
berbunyi sebagai berikut:<br />
“(1)Tiada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali atas kekuatan aturan<br />
pidana dalam perundang-undangan yang telah ada sebelum perbuatan<br />
dilakukan.” Asas legalitas ini kemudian yang menjadi suatu “hoeksteen”<br />
(poros di ujung) 10 dalam hukum pidana. Dengan perkataan lain, tidak<br />
boleh terjadi suatu perbuatan yang semula belum diterapkan bahwa<br />
pelakunya dapat dipidana, karena dirasakan oleh penguasa sangat<br />
merugikan, lalu dibuatkan peraturan dan pelakunya dapat dijerat dengan<br />
peraturan tersebut, walaupun peraturannya telah lewat, atau boleh<br />
dikatakan bahwa perundang-undangan pidana tidak boleh berlaku surut.<br />
Selain diatur didalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002<br />
tentang Perlindungan Anak, terdapat pengaturan khusus lainnya<br />
mengenai perlindungan anak yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun<br />
2004 tentang Pemberantasan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, dan<br />
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak<br />
Pidana Perdagangan Orang.<br />
3. Hasil Riset<br />
Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) mencatat<br />
laporan tindak kekerasan anak yang terjadi pada tahun 2014 mulai<br />
Januari-April 2014, terdapat 342 kasus. Dari angka tersebut, banyak<br />
kasus terjadi di lingkungan sekolah. Ketua Komnas PA, Arist Merdeka<br />
Sirait menjelaskan pada tahun 2013 Komnas PA mencatat sebanyak<br />
3.339 kasus kekerasan anak, 58 persen dari laporan tersebut merupakan<br />
kejahatan seksual. Dirinya memprediksi untuk tahun 2014 tingkat<br />
kejahatan seksual akan meningkat. 15 Tampaknya prediksi sebagaimana<br />
yang dikemukakan Arist menjadi kenyataan mengingat kasus kekerasan<br />
seksual terus mengalami peningkatan tiap tahunnya. Pada tahun 2011,<br />
10 Utrecht, E. Djindang, dan Moh. Saleh, Pengantar Dalam Hukum<br />
Indonesia, (1989),hlm. 388.<br />
30