prosidingshn2014
prosidingshn2014
prosidingshn2014
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Simposium Hukum Nasional 2014<br />
e. Korban hendaknya diberitahu peran mereka dalam prosedur<br />
resmi, lingkup, penentuan waktu, dan kemajuan proses serta<br />
penempatan kasus mereka;<br />
f. Korban hendaknya diperkenankan menyampaikan pandangan<br />
dan perasaannya mengenai segala hal berkaitan kerugian<br />
terhadap kepentingan pribadi mereka;<br />
g. Korban hendaknya memperoleh semua upaya pendampingan<br />
hukum, material, medis, psikologis, dan pendampingan sosial<br />
dan diberi tahu ketersediannya;<br />
h. Korban hendaknya tidak mendapat penanganan kasus secara<br />
minimal;<br />
i. Privasi dan keselamatan korban hendaknya dilindungi;<br />
j. Hendaknya dihindari penundaan penanganan kasus korban;<br />
k. Jika memungkinkan, para pelanggar hendaknya memperoleh<br />
pemulihan;<br />
l. Pemerintah hendaknya melakukan pemulihan jika pejabat<br />
publik keliru;<br />
m. Ganti rugi finansial hendaknya ditanggung oleh pihak<br />
pelanggar atau, jika tidak mungkin, oleh negara; dan<br />
n. Polisi hendaknya terlatih dalam memenuhi kebutuhan korban,<br />
dan hendaknya disediakan panduan guna menjamin bantuan<br />
yang tepat dan segera.<br />
3) Adanya rekomendasi untuk dapat dilayani secara baik oleh instansi<br />
pelayanan yang tepat.<br />
Korban seksual harus direkomendasikan secara cepat ke instansi<br />
pelayanan yang tepat. Peran negara, melalui kementerian yang<br />
terkait, harus membantu instansi penegakan hukum, instansi<br />
pelayanan sosial, badan administratif yang terkait, dan organisasi<br />
masyarakat dalam membangun suatu mekanisme perlindungan yang<br />
baik. Termasuk adanya kerja sama antar instansi (penegak hukum<br />
dan jasa pelayanan sosial).<br />
4) Secara khusus hakim dapat memutus juga terkait rekomendasi<br />
penanganan korban kekerasan seksual kepada instansi yang tepat<br />
berdasarkan kebutuhan korban yang terlihat selama proses<br />
persidangan.<br />
5) Membuat peraturan perundang-undangan baru terkait kejahatan<br />
seksual sebagai lex specialis.<br />
6) Membentuk kebijakan-kebijakan dalam mengatasi tindak kekerasan<br />
seksual yakni perintah perlindungan dari hakim.<br />
7) Revisi terkait kebijakan memberi ganti rugi kepada korban.<br />
Pasal 99 KUHAP bahwa korban hanya berhak mendapatkan ganti<br />
rugi sebanyak biaya yang telah dikeluarkan oleh korban dalam<br />
tindak pidana tersebut. Pasal 99 belum memungkinkan korban<br />
untuk mendapatkan ganti rugi atas kerugian fisik (ekonomi dan<br />
157