29.06.2015 Views

prosidingshn2014

prosidingshn2014

prosidingshn2014

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Simposium Hukum Nasional 2014<br />

C. Peran Pemerintah Dalam Pendampingan dan Pemulihan<br />

Korban Perkosaan di Aceh yang berbasiskan Syari’at Islam<br />

Aceh merupakan daerah pascakonflik dan tsunami. Kedua<br />

peristiwa besar ini memberikan dampak luar biasa bagi kehidupan di<br />

Aceh khususnya secara ekonomi, politik, sosial dan budaya. Kedua<br />

masa tersebut juga sangat berpengaruh pada kehidupan perempuan dan<br />

anak. Kelompok ini merupakan kelompok rentan yang cenderung<br />

mengalami kekerasan baik di ranah domestik maupun publik.<br />

Berdasarkan data-data yang berhasil dikumpulkan oleh lembagalembaga<br />

perempuan di Aceh ada sekitar 197 kasus kekerasan terhadap<br />

perempuan dan anak. Lembaga WCC KKTGA (Women Crisis<br />

CenterKelompok Kerja Transformasi Gender) mencatat ada 320 kasus<br />

di wilayah Banda Aceh dan Aceh Besar yang terjadi sejak Januari 2007<br />

sampai dengan Desember 2010, kemudian ada LBH Apik yang sejak<br />

Januari 2007 sampai dengan Desember 2009 telah mendampingi 386<br />

kasus di delapan wilayah, sedangkan LBH Anak menangani sekitar 50<br />

kasus kekerasan terhadap anak.<br />

Meningkatnya jumlah kasus yang terjadi ternyata tidak<br />

dibarengi dengan peningkatan pelayanan kepada korban. Meskipun<br />

sudah banyak aturan perundang-undangan yang mengatur tentang<br />

perempuan dan anak, tetapi implementasinya hingga saat ini dirasa<br />

belum maksimal. Selain karena sumber daya juga penyediaan fasilitas<br />

seperti shelter (rumah aman), ketersediaan dana serta kebutuhan untuk<br />

pemenuhan hak ekonomi, sosial dan budaya, yang semuanya belum<br />

dapat mengakomodir kebutuhan korban. Adapun sebenarnya perempuan<br />

dan anak korban kekerasan biasanya membutuhkan penanganan dari<br />

berbagai sisi, seperti psikis dan kondisi sosialnya.<br />

Disisi lain, kendala dalam penyediaan layanan adalah seperti<br />

lemahnya koordinasi oleh lembaga-lembaga pemberi layanan serta cara<br />

pandang dan pendekatan yang berbeda dalam penanganan kasus<br />

sehingga korban tidak mendapatkan penanganan maksimal. Padahal<br />

seharusnya korban memerlukan penanganan kasus secara holistik<br />

(menyeluruh). 5<br />

D. Eksistensi Pemberlakuan Hukum Syari’at Islam<br />

Syari‟at Islam yang dilaksanakan di Aceh meliputi bidang<br />

aqidah, syar‟iyah, dan akhlak. Syari‟at Islam tersebut meliputi ibadah,<br />

ahwal alsyakhshiyah (hukum keluarga), muamalah (hukum perdata),<br />

jinayah (hukum pidana), qadha‟ (peradilan), tarbiyah (pendidikan),<br />

dakwah, syiar dan pembelaan Islam. Ketentuan pelaksanaan syari‟at<br />

5<br />

WCC (Woman Crisis Centre) KKTGA, Standar Prosedur<br />

Operasional, (Banda Aceh: KKTGA, 2011).<br />

167

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!