prosidingshn2014
prosidingshn2014
prosidingshn2014
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Simposium Hukum Nasional 2014<br />
tindakan untuk menikah itu, merujuk pada ragam kekerasan seksual<br />
lansiran Komnas Perempuan, kembali tergolong pada perbuatan<br />
kekerasan seksual terhadap perempuan.Selain daripada itu, tindakan<br />
ekstrim selanjutnya adalah mengusir korban keluar dari gampong-nya<br />
karena dianggap sebagai „aib‟ bersamaan dengan stigma masyarakat<br />
yang melekat padanya beserta keluarganya. Sanksi adat semacam ini<br />
tentu sangat memprihatinkan karena mereka menindak tanpa<br />
berperspektif korban. Padahal seorang korban juga seorang manusia<br />
biasa yang wajib kita lindungi haknya. Dalam kasus kekerasan seksual<br />
ini dukungan orang-orang terdekat, tak terkecuali komunitas masyarakat<br />
kediamannya menjadi hal penting yang perlu dijunjung.<br />
B. Gambaran Umum Kekerasan Seksual Di Aceh<br />
Kekerasan seksual khususnya di daerah ujung Sumatera, Aceh,<br />
marak terjadi pasca konflik pemerintah dengan kelompok separatis dan<br />
bencana alam gempa dan tsunami yang memporak-porandakan kondisi<br />
Aceh, 2004 silam. Kemiskinan dan kemelaratan menjadi satu-satunya<br />
alasan mengapa bisa terjadi pergeseran moral antar individu. Pencurian,<br />
pembunuhan bahkan kekerasan seksual sudah menjadi kasus-kasus yang<br />
sering muncul di surat kabar. Orang-orang di dalam suatu kelompok<br />
melakukan diskriminasi terhadap kelompok lain. Akibatnya terjadi<br />
tawuran antar kaum lelaki yang nantinya pembalasan dendam akan<br />
dilakukan terhadap kaum perempuan dan anak. Perempuan-perempuan<br />
yang menjadi istri, ibu atau saudara dari salah satu pihak yang<br />
berkonflik, kerap dijadikan sasaran seperti dijadikan sandera dan<br />
pelampiasan kemarahan. Mereka juga rentan dijadikan tameng baik oleh<br />
kelompok komunitasnya sendiri maupun kelompok lawan. Perempuanperempuan<br />
lainnya yang tidak tahu-menahu dan terlibat konflik, karena<br />
dia perempuan dan tinggal di Aceh atau lahir bersuku Aceh akhirnya<br />
juga mengalami kekerasan dan menjadi korban.<br />
Kekerasan seksual yang terjadi di Aceh saat itu juga merupakan<br />
strategi perang, misalnya dengan perkosaan dan penyiksaan seksual<br />
terhadap perempuan yang berasal dari komunitas atau keluarga pihak<br />
lawan. Contohnya, kasus lima perempuan istri anggota GAM di Bireun,<br />
Aceh Timur yang mengalami penyiksaan seksual oleh aparat TNI.<br />
Kekerasan yang dialami perempuan terjadi dalam situasi dan tempat<br />
yang beragam, yaitu 33 orang mengalami kekerasan pada saat menjalani<br />
proses hukum karena tuduhan makar, 22 orang mengalami kekerasan<br />
pada saat dibawa atau ditahan di pos militer/polisi, 77 orang mengalami<br />
kekerasan pada saat operasi penangkapan/penyisiran, 1 orang<br />
mengalami kekerasan ketika melintasi pos militer dan dua orang<br />
mendapat kekerasan oleh GAM pada saat berada di kendaraan<br />
umum.Bentuk kekerasan yang dialami 135 perempuan tersebut diatas,<br />
adalah 17 orang mengalami pelecehan seksual, 23 orang diperkosa dan<br />
163