prosidingshn2014
prosidingshn2014
prosidingshn2014
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Simposium Hukum Nasional 2014<br />
Anak merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang<br />
dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia yang patut<br />
dijunjung tinggi. Konsideran menimbang UU Nomor 23 Tahun 2002<br />
tentang Perlindungan Anak menyatakan bahwa anak adalah tunas,<br />
potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa,<br />
memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang<br />
menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan.<br />
Namun melihat realita yang terjadi saat ini, maraknya tindak kekerasan<br />
seksual terhadap anak tentunya menjadi hal yang patut dikhawatirkan.<br />
Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) mencatat laporan<br />
tindak kekerasan anak yang terjadi pada tahun 2014 mulai Januari-April<br />
2014, terdapat 342 kasus. Dari angka tersebut, banyak kasus terjadi di<br />
lingkungan sekolah. Ketua Komnas PA, Arist Merdeka Sirait<br />
menjelaskan pada tahun 2013 Komnas PA mencatat sebanyak 3.339<br />
kasus kekerasan anak, 58 persen dari laporan tersebut merupakan<br />
kejahatan seksual. 2 Namun tidak semua tindak kekerasan seksual itu<br />
dilaporkan, sehingga diperkirakan jumlah tindak kekerasan seksual,<br />
terutama tindak kekerasan seksual terhadap anak lebih besar dari jumlah<br />
yang telah disebutkan tersebut.<br />
Perlu dilihat bahwa kekerasan seksual bukan hanya kejahatan<br />
fisik namun juga merupakan kejahatan psikis. Anak-anak yang menjadi<br />
korban kekerasan seksual akan mengalami tekanan psikologis yang<br />
sangat besar yang tentunya akan berpengaruh terhadap tumbuh<br />
kembang sang anak itu sendiri. Tidak hanya itu, anak sebagai korban<br />
kekerasan seksual akan mengalami dampak buruk yang<br />
berkepanjangan, seperti trauma, kehilangan kepercayaan diri, atau<br />
bahkan akan mengisolasi dirinya dari lingkungan sekitarnya, serta<br />
bukan tidak mungkin korban juga akan dipandang buruk didalam<br />
masyarakat. Oleh karena dampak yang ditimbulkan bagi anak sebagai<br />
korban kekerasan seksual sangat besar, maka perlu adanya pengaturan<br />
khusus demi menjamin keberlangsungan hidup anak yang menjadi<br />
korban kekerasan seksual. Sesuai dengan ketentuan Pasal 1 ayat (3)<br />
UUD Tahun 1945 yang menyatakan bahwa Indonesia adalah negara<br />
hukum, yang salah satu cirinya adalah legalitas dalam arti hukum, maka<br />
baik pemerintah/negara maupun warga negara dalam bertindak harus<br />
berdasar atas dan melalui hukum. 3 Konsekuensi lainnya ialah setiap<br />
peraturan yang mengatur satu perbuatan harus dirumuskan secara tegas<br />
2 Wahyu Aji, Komnas Anak: 2014, Kekerasan Seksual Paling Tinggi<br />
Terjadi di Sekolah, diakses dari http://www.tribunnews.com/nasional/<br />
2014/05/12/komnas-anak-2014-kekerasanseksual-paling-tinggi-terjadi-disekolah,<br />
pada tanggal 7 Oktober 2014.<br />
3 Sekretariat Jenderal MPR RI, Panduan Pemasyarakatan Undang-<br />
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, (2010), hlm. 46.<br />
27