prosidingshn2014
prosidingshn2014
prosidingshn2014
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Simposium Hukum Nasional 2014<br />
Kekerasan Seksual dalam Pemikiran Masyarakat Negara Lain<br />
Dalam hal ini saya hanya akan menyebut tiga Negara yang<br />
masing-masing memiliki pengaruh kuat dalam corak pikir masyarakat<br />
Indonesia, yaitu Arab, China, dan Amerika. Arab dan China memiliki<br />
pengaruh yang cukup kuat dalam kebudayaan dan pemikiran<br />
masyarakat Indonesia. Agama Islam yang dipeluk oleh mayoritas<br />
masyarakat Indonesia, tidak bisa lepas dari pengaruh kebudayaan Arab.<br />
Demikian pula interaksi sosial yang telah terjadi beberapa abad dengan<br />
bangsa China, membuat masyarakat tidak bisa lepas dari pengaruh<br />
China. Sementara itu kekuatan sosial politik dan intelektual Amerika<br />
yang ada di Indonesia, membuat bangsa ini sulit untuk keluar dari<br />
pengaruh Amerika.<br />
Dalam konstruksi sosial budaya masyarakat Arab, perempuan<br />
diposisikan sebagai manusia kelas dua dengan derajat yang lebih rendah<br />
dibanding lelaki. Hal ini tercermin dari model perkawinan yang<br />
dilakukan oleh Bangsa Arab sebelum datangnya Islam.<br />
Meski Islam sudah melakukan transformasi sosial yang<br />
radikal melalui revolusi teologi yang berhasil menghancurkan tradisi<br />
jahiliyah sebagaimana terjadi pada zaman Nabi Muhammad SAW, tapi<br />
bias tradisi jahiliyah yang memandang rendah kaum perempuan itu,<br />
hidup lagi pada era modern, sebagaimana terlihat dalam berbagai aturan<br />
yang banyak mengekang kebebasan dan merugikan kaum perempuan.<br />
Pandangan pejoratif terhadap perempuan inilah yang kemudian<br />
melahirkan sikap dan pemikiran yang permisif terhadap tindakan<br />
kekerasan seksual dan cenderung menyalahkan perempuanjika terjadi<br />
tindakan kekerasan seksual.<br />
Corak pemikiran yang memandang relasi yang timpang antara<br />
lelaki dan perempuan juga terlihat dalam kebudayaan China yang<br />
bersumber dari ajaran Yin dan Yang. Ajaran ini memang berbicara<br />
tentang keseimbangan dan harmoni, namun jika dicermati lebih lanjut,<br />
terutama yang terkait dengan relasi lelaki dan perempuan, maka akan<br />
terlihat posisi yang timpang. Sebagaimana dikatakan Seeger, Yin<br />
merupakan unsur negatif seperti air, dingin, basah, pasif, gelap, bulan,<br />
dan bersifat perempuan, sedangkan Yang merupakan unsur positif<br />
seperti api, panas, kering, aktif, terang, matahari, dan bersifat laki-laki<br />
(Elizabeth Seeger, 1952).<br />
Menurut Lee Park, tatanan keseimbangan Yin dan Yang<br />
tersebut, menyiratkan bahwa kedudukan perempuan dalam tata hidup<br />
manusia harus di bawah dan rendah seperti bumi. Kedudukan<br />
perempuan yang inferior dilihat sebagai bagian hukum alam. Yin<br />
(bumi) dikuasai oleh Yang (langit). Keutamaan bagi seorang perempuan<br />
adalah mengalah dan lemah, pasif dan diam, sebagaimana halnya bumi.<br />
Hal itu berbeda dengan laki-laki yang harus aktif dan kuat, penuh<br />
inisiatif sebagaimana halnya langit atau surga. Namun demikian,<br />
21