25.03.2015 Views

pergolakan-pemikiran-islam-ahmad-wahib

pergolakan-pemikiran-islam-ahmad-wahib

pergolakan-pemikiran-islam-ahmad-wahib

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

— Democracy Project —<br />

lisme seperti itu. Namun tetap saja ia melakukan kerja mengukuhkan<br />

kehadiran Islam, seperti kaum ‘formalis’ itu.<br />

Mengukuhkan Agama<br />

Memang, sedalam-dalamnya Ahmad Wahib adalah seorang<br />

muslim dengan keimanan penuh. Pemberontakan yang dilakukannya<br />

justru bertujuan mengukuhkan agama yang diyakininya<br />

itu. Bak tukang batu yang menghantamkan palunya ke tembok,<br />

untuk menguji kekuatan dan daya tahan tembok tersebut. Siapa<br />

dapat mengatakan menjadi ‘muslim bergolak dan pemberontak’<br />

seperti Ahmad Wahib ini lebih rendah kadarnya dari ‘kemusliman’<br />

mereka yang tidak pernah mempertanyakan kebenaran<br />

agama mereka sekalipun?<br />

Kutipan berikut dari catatan harian Ahmad Wahib dengan<br />

tepat menggambarkan kesimpulan itu. ‘’Aku bukan nasionalis,<br />

bukan katolik. Aku bukan budha, bukan protestan, bukan westernis.<br />

Aku bukan komunis. Aku bukan humanis. Aku adalah<br />

semuanya. Mudah-mudahan inilah yang disebut muslim. Aku<br />

ingin bahwa orang memandang dan menilaiku sebagai suatu<br />

kemutlakan (absolute entity) tanpa menghubung-hubungkan<br />

dari kelompok mana saya termasuk serta dari aliran apa saya<br />

berangkat. Memahami manusia sebagai manusia”, (hal. 46 ).<br />

Alangkah mulianya pribadi Ahmad Wahib, dan alangkah sempurna<br />

kemuslimannya.<br />

Abdurrahman Wahid<br />

Tempo, 19 September 1981<br />

Sejumlah Komentar 377

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!