12.07.2015 Views

islam - Democracy Project

islam - Democracy Project

islam - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

DEMOCRACY PROJECTdalam mencari formulasi atas “Islam Kita”. Tetapi persoalanmendasar dalam konteks “Islam Kita” itu terletak pada adanyakecenderungan sementara kelompok orang untuk memaksakankonsep “Islam Kita” menurut tafsiran mereka sendiri. Dengankata lain, mereka ingin memaksakan kebenaran Islam menuruttafsirannya sendiri. Monopoli tafsir kebenaran Islam seperti ini,menurut Gus Dur bertentangan dengan semangat demokrasi.Dari uraian yang secara agak panjang dipaparkan di sini,menjadi jelas kiranya bahwa perjalanan intelektual seorangAbdurrahman Wahid lebih merupakan “proses menjadi” (processof becoming), daripada “proses adanya” (process of being). Yangmenarik dan hampir jarang diketahui adalah, bahwa seorang GusDur yang kita kenal sebagai pemikir liberal itu, di masa mudanyajuga tertarik pada pemikiran Ikhwanul Muslimin yang umumnyasangat konsen dengan ideologisasi Islam. Tetapi setelah melaluipendidikan dan pengalaman pribadi, akhirnya mengantarkannyamenjadi cendekiawan Muslim liberal, yang secara sadar menolakkonsepsi atau gerakan yang mengusung tema-tema yang berorientasipada ideologisasi Islam. Penjelasan ini cukup pentingkarena ia bisa menjadi semacam perspektif bahwa pendidikan,bacaan, dan pengalaman seseorang bisa merubah pandanganhidup dan pemikirannya. Namun demikian, yang perlu dicatatadalah bahwa seseorang tidak seharusnya memonopoli ataumemaksakan penafsirannya kepada orang.Benang merah yang sangat penting dari pemikiran Gus Duradalah penolakannya terhadap formalisasi, ideologisasi, dansyari’atisasi Islam. Sebaliknya, Gus Dur melihat bahwa kejayaanIslam justru terletak pada kemampuan agama ini untukberkembang secara kultural. Dengan kata lain, Gus Dur lebihmemberikan apresiasi kepada upaya kulturalisasi (culturalization).Itu terlihat dengan jelas, misalnya, dari serial tulisannya yangberjudul “Islam: Ideologis Ataukah Kultural”. Ketidak setujuanGus Dur terhadap formalisasi Islam itu terlihat, misalnya terhadaptafsiran ayat Al Qur’an yang berbunyi “udhkuluu fi al silmikaffah”, yang seringkali ditafsirkan secara literal oleh para pen-xvi / ABDURRAHMAN WAHID

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!