26.11.2014 Views

dasar penyusunan apbn

dasar penyusunan apbn

dasar penyusunan apbn

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

DASAR-DASAR PRAKTEK PENYUSUNAN APBN DI INDONESIA<br />

Pembiayaan ini muncul apabila besaran<br />

alokasi belanja melebihi besaran target<br />

pendapatan dan hibah atau terjadi defisit,<br />

agar besaran belanja yang sudah<br />

ditetapkan dalam APBN dapat dilaksanakan<br />

dengan baik. Kebijakan pemerintah untuk<br />

pembiayaan ini diutamakan berasal dari<br />

non utang dan utang dalam negeri dan juga<br />

menjaga net outflow (jumlah penarikan<br />

pinjaman lebih kecil dibandingkan dengan<br />

pembayaran cicilan pokok pinjaman luar<br />

I. PEMBIAYAAN DALAM NEGERI<br />

1. Perbankan dalam negeri<br />

a.l SAL<br />

negeri dan penerusan pinjaman), dikarenakan memiliki risiko yang lebih rendah (lebih<br />

fleksibel dalam mengelola portofolio utang dan resiko utang) dibandingkan pembiayaan<br />

lainnya serta memiliki multiplier effect yang positif pada perekonomian nasional.<br />

II.<br />

PEMBIAYAAN<br />

2. Non-perbankan dalam negeri<br />

a.l a. Penerimaan Privatisasi<br />

b. Hasil Pengelolaan Aset<br />

c. Surat Berharga Negara (neto)<br />

d. Pinjaman Dalam Negeri<br />

e. Dana Investasi Pemerintah dan PMN<br />

a.l. Dana Bergulir<br />

- Dana Bergulir Infrastruktur (Geothermal)<br />

Dana Pengembangan Pendidikan Nasional<br />

PEMBIAYAAN LUAR NEGERI (neto)<br />

1. Penarikan Pinjaman LN (bruto)<br />

a. Pinjaman Program<br />

b. Pinjaman Proyek Bruto<br />

2. Penerusan Pinjaman (SLA)<br />

3. Pembyr. Cicilan Pokok Utang LN<br />

1.5.3 Surplus / Defisit APBN, SAL (Saldo Anggaran Lebih), Sisa Lebih<br />

Pembiayaan Anggaran (SILPA) dan Sisa Kurang Pembiayaan Anggaran<br />

(SIKPA)<br />

Jika dalam APBN, besaran Pendapatan Negara dan Hibah lebih besar dari besaran Belanja<br />

Negara, maka APBN dikatakan mengalami surplus, namun jika sebaliknya maka APBN<br />

dikatakan mengalami defisit.<br />

APBN Indonesia dalam beberapa tahun terakhir selalu mengalami defisit. Salah satu<br />

penyebabnya adalah Indonesia ingin menetapkan tingkat pertumbuhan ekonomi tertentu,<br />

sehingga sisi belanja perlu dalam level yang cukup tinggi untuk mendorong pertumbuhan<br />

ekonomi tersebut. Namun, di sisi lain, penerimaan negara belum mampu mengimbangi<br />

besaran kebutuhan belanja tersebut.<br />

Dengan wacana rencana pemerintah untuk melaksanakan balance budget mulai tahun<br />

2014, maka pemerintah dituntut harus mampu untuk mengoptimalkan potensi penerimaan<br />

yang ada dan mencari sumber penerimaan baru agar dapat mengimbangi kebutuhan<br />

alokasi belanja negara. Salah satu alat untuk melihat keberlanjutan fiskal adalah<br />

keseimbangan primer, yang merupakan total penerimaan dikurangi belanja di luar<br />

pembayaran bunga utang [Pendapatan – (Belanja Total – Belanja Bunga)]. Agar posisi<br />

DIREKTORAT P-APBN 19 PENDAHULUAN

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!