26.11.2014 Views

dasar penyusunan apbn

dasar penyusunan apbn

dasar penyusunan apbn

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

DASAR-DASAR PRAKTEK PENYUSUNAN APBN DI INDONESIA<br />

inflasi, kurs, SPN 3 bulan, ICP, dan lifting minyak. Komponen defisit (surplus belum<br />

pernah terjadi dalam pembentukan postur APBN selama ini, jadi tidak dijelaskan) tidak<br />

dipengaruhi langsung oleh asumsi <strong>dasar</strong> ekonomi makro tetapi oleh kondisi tarik-menarik<br />

antara belanja-pendapatan. Sedangkan komponen pembiayaan dipengaruhi langsung<br />

oleh kurs. Kebijakan investasi pemerintah juga berpengaruh terhadap komponen<br />

pembiayaan tetapi secara tidak langsung. Dampak perubahan asumsi <strong>dasar</strong> ekonomi<br />

makro terhadap postur APBN dijelaskan lebih lanjut pada Bab 3.<br />

Ber<strong>dasar</strong>kan pengaruh asumsi <strong>dasar</strong> ekonomi makro ini masing-masing komponen<br />

postur APBN diperkirakan besaran angkanya. Penghitungan masing-masing komponen<br />

postur APBN dilakukan secara paralel atau bersamaan. Baru kemudian masing-masing<br />

komponen ini diharmonisasikan menjadi postur APBN utuh dan ideal. Acuan<br />

harmonisasi postur APBN antara lain besaran defisit, kualitas belanja, antisipasi gejolak<br />

ekonomi dunia, atau risiko dan antisipasi bencana alam.<br />

Penghitungan komponen postur APBN juga memperhatikan karakteristik yang dimiliki<br />

tiap komponen. Pendapatan dapat dipastikan merupakan perkiraan maksimal yang<br />

dapat ditarik pemerintah dari pajak, PNBP, dan hibah. Untuk belanja, harus<br />

mempertimbangkan pengeluaran pemerintah untuk membiayai kebutuhan<br />

penyelenggaraan operasional dan pengeluran wajib yang diperkirakan sekitar 80% dari<br />

total belanja negara, termasuk cadangan untuk darurat/mendesak dan risiko fiskal.<br />

Sedangkan untuk defisit harus mempertimbangkan batasan yang diperbolehkan (amanat<br />

Undang-Undang nomor 17 tahun 2003) maksimal 3,0% dari PDB secara kumulatif APBN<br />

+ APBN-P untuk APBN. Dalam hal pembiayaan, ini merupakan perkiraan maksimal yang<br />

dapat diperoleh pemerintah melalui utang dan sumber pembiayaan lainnya.<br />

DIREKTORAT P-APBN 51 SIKLUS APBN

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!