12.07.2015 Views

PNACU645

PNACU645

PNACU645

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

88 Perdagangan Perempuan dan Anak di Indonesiaia dapat bebas keluar masuk, namun ia tidak terlalu sering meninggalkan rumah karena tidak begitumengenal daerah sekitar.Beberapa tahun kemudian, seorang teman mengajaknya pergi ke Jakarta untuk mengadu nasib di sana. Iadiberitahu kalau ia bisa mendapat lebih banyak uang di sana dan bahwa kondisi di sana juga lebih baik. Iapun setuju dan kemudian pergi untuk bekerja di lokalisasi Kramat Tunggak. Dalam perjalanan ke Jakarta, iadikenai Rp.300.000,00 untuk transportasi dan biaya-biaya lain selama di perjalanan yang harus ia bayarkankepada pemilik rumah bordil. Namun ia tahu bahwa ia sudah ditipu karena selama di perjalanan ia tidakpernah diberi makan dan uang sebesar itu cukup banyak kalau untuk biaya perjalanan saja. Ternyata ia tidakbetah tinggal di rumah bordil yang baru itu karena ketika ia mengatakan kepada germonya bahwa ia hanyaingin menghibur para klien, dan tidak berhubungan seks dengan mereka. Mendengar pernyataan ini, sanggermo menjadi marah dan balik mengancamnya. Sang germo mengatakan bahwa dirinya berutangRp.300.000,00 untuk biaya perjalanannya. Ketika ia pindah ke rumah bordil lain, ia ditangkap oleh polisidan dikembalikan ke pemilik rumah bordil pertamanya di mana ia harus tinggal selama empat bulan untukmembayar utang senilai Rp.300.000,00 tersebut. Di rumah bordil barunya hanya sekali-sekali saja iamemberikan layanan seks, biasanya ia hanya menyajikan minuman saja, yang berarti tidak terlalu banyakuang yang diperolehnya – hanya Rp.30.000,00 sampai 40.000,00 per hari. Ia juga tidak betah di rumah bordilbarunya setelah menyadari bahwa pasarnya kecil, bayarannya rendah dan klien-klien yang datang pun tidakmenarik. Ketika ia tinggal di Kramat Tunggak, ia terkena penyakit menular seksual. Untung saja salah satukliennya memberikan uang untuk mengobati penyakit itu.Kini Hariyati tidak lagi menjadi pekerja seks. Secara keseluruhan, ia bekerja selama 4 tahun sebagai pekerjaseks. Ia mengungkapkan bahwa masa-masa ketika ia melakukan pekerjaan tersebut merupakan periode yangmenyedihkan dan sulit dalam hidupnya. Keluarganya tidak pernah tahu pekerjaan apa yang ia lakukan.Mereka pikir ia hanya bekerja di pabrik dan kemudian sebagai pembantu rumah tangga. Ia mengunjungikeluarganya mungkin sekali dalam setahun namun tidak terlalu sering karena hingga kini ia masih merasasulit untuk bertatap muka dan berbicara dengan ayah tiri dan saudara-saudara lelakinya. Kalau adakeperluan, barulah ia berbicara kepada mereka. Ia menduga mungkin ada beberapa orang di desanya yangtahu bahwa ia pernah menjadi pekerja seks tetapi mereka tidak pernah mengatakan apa pun atau menghinadirinya.Sumber: Wawancara 2003 dengan BandungwangiDi Indonesia, awal mula seseorang menjadi pekerja seks bervariasi menurut situasi individubersangkutan. Namun beberapa contoh survei dapat memberikan sedikit pemahaman.• Kramat Tunggak, Jakarta: Penelitian yang dilakukan di lokalisasi ini menemukanbahwa 16 dari 30 pekerja seks perempuan yang diwawancarai mengakui bahwamereka terpaksa melakukan pekerjaan itu karena keadaan (yaitu tidak mempunyaiuang dan dililit utang; tidak ada yang menghidupi mereka; tidak memiliki pendidikanmemadai untuk melakukan pekerjaan lain atau tidak tersedia pekerjaan lain denganbayaran lebih baik; harus menghidupi keluarga, sebagai pencari nafkah tunggal.Delapan perempuan lainnya menjadi pekerja seks karena konflik pribadi ataukeluarga (empat pernah diperkosa dan empat lainnya menderita kekerasan fisik),sejumlah situasi yang mungkin juga mengusulkan bahwa mereka ‘dipaksa olehkeadaan’. Enam dari para perempuan itu secara sukarela menjadi pekerja seks karenadorongan kawan atau saudara perempuan dan, secara umum, senang denganpekerjaan mereka karena kawan mereka juga melakukan pekerjaan yang sama danorang tua mereka pun tidak keberatan. Tak satu pun dari ke-30 perempuan itu yangdijual untuk menjadi pekerja seks (Sedyaningsih-Mamahit, 1999: 1106-1107).

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!