12.07.2015 Views

PNACU645

PNACU645

PNACU645

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Kunjungan Provinsi183Perdagangan NarkobaDi samping itu, ada indikasi bahwa perempuan dipaksa untuk bekerja sebagai pengedarnarkoba, memasukkan atau membawa keluar narkoba dari Indonesia. Tim peneliti PusatKajian Wanita dan Jender Universitas Indonesia mempelajari kasus 11 perempuan yangberusia antara 22-45 tahun, yang dipenjara di Penjara Perempuan Tangerang, Jakarta, karenadinyatakan bersalah dalam kasus perdagangan narkoba. Dari ke-11 kasus ini, ada 6 perempuanasing dari Thailand, Myanmar dan Nigeria yang divonis bersalah. Kebanyakan direkrut melaluijalur hubungan pribadi dengan pelaku perdagangan, yang mungkin mula-mula bertemanatau mengencani mereka sebelum melibatkan mereka dalam pengedaran narkoba. Beberapadari para perempuan yang diwawancara menguraikan situasi dan kejadian yangmengindikasikan bahwa mereka mungkin merupakan korban perdagangan manusia, yangditipu atau dipaksa membawa narkoba ke dalam atau keluar Indonesia. Semua perempuanasing menyatakan bahwa mereka kurang memahami proses peradilan terhadap diri mereka.Kebanyakan tidak didampingi oleh penerjemah selama diadili dan banyak yangmenandatangani dokumen yang isinya tidak mereka mengerti. Enam dari semua perempuanyang dipelajari telah dijatuhi hukuman mati untuk keterlibatan mereka dalam perdagangannarkoba (Wawancara, 2003). Lihat bagian III E, Bentuk-Bentuk Perdagangan Lain, untukinformasi lebih lanjut tentang studi ini.Dim (nama samaran), adalah seorang janda berusia 45 tahun asal Bangkok yang saat ini sedangmenunggu eksekusinya di Penjara Perempuan Tangerang. Ia tertangkap basah membawa 400 gram heroinke Indonesia. Di pengadilan, ia diputuskan bersalah dan dijatuhi vonis hukuman mati.Ia hidup dalam kesusahan sejak suaminya menceraikannya 10 tahun silam. Setiap pagi setelah keduaanaknya berangkat sekolah, ia menjajakan makanan di sudut sebuah jalan yang sibuk di Bangkok. Sebagaiseorang pedagang kaki lima, ia sering kali harus bermain petak umpet dengan polisi yang hendakmenggusurnya. Makanan yang dijualnya adalah makanan Nigeria. Terkadang tak seorang pun membelibarang dagangannya, sehingga ia harus pulang dengan tangan kosong.Suatu hari, kawannya Dina dan Omar, pacarnya yang berkebangsaan Nigeria, mengunjunginya. Dinmenanyakan bagaimana usaha yang dijalankannya. Dim kemudian menjawab bahwa ia tengah mengalamikesulitan untuk menghidupi diri dan keluarganya dan bahwa keinginannya hanyalah mempunyai cukupuang untuk mengirim kedua anaknya ke universitas. Kemudian Dina menawarkan pekerjaan denganbayaran yang besar. Dim lalu diundang ke rumah Omar untuk membahas tawaran itu. Di sana Omarmenghidangkan makanan yang lezat dan anggur bagi Dim. Tak lama kemudian ia merasa tubuhnyamelayang-layang, dan serasa berada di surga. Semua masalahnya pun lenyap begitu saja. Ketika ia sudahsetengah sadar, ia menemukan dirinya dikurung di sebuah ruangan. Di situ ia dipaksa untuk menelan 45pil yang masing-masing sebesar jari kelingking. Ia kemudian disuruh terbang ke Indonesia dan setelahtiba, pergi ke hotel untuk mengosongkan isi perutnya.Karena ia baru pertama kali pergi ke Indonesia, ia tidak mengenal dengan baik medan di BandaraSoekarno-Hatta. Saat ia tergesa-gesa ingin pergi ke belakang, ia diamankan oleh bagian keamanan bandara.Tes narkotika yang dilakukan terhadap dirinya kemudian memperkuat kecurigaan aparat bahwa ia berniatmenyelundupkan heroin ke Indonesia.Di pengadilan, amat sulit baginya untuk mengerti apa yang sedang berlangsung, karena ia tidak dapatberbahasa Inggris maupun Indonesia. Sehingga ia amat terkejut ketika mengetahui bahwa ia telahdijatuhi vonis hukuman mati.Sumber: Wawancara 2003 dengan Pusat Kajian Wanita dan Jender, Universitas Indonesia

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!