12.07.2015 Views

PNACU645

PNACU645

PNACU645

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

22 Perdagangan Perempuan dan Anak di Indonesiamemiliki sedikit keterampilan seperti mereka. Banyak di antaranya yang harus menghidupikeluarganya dan tidak dapat menemukan jalan lain yang layak untuk memberi makankeluarganya. Dalam kasus-kasus lain, sejumlah perempuan dan gadis yang meninggalkankampungnya untuk berangkat ke kota besar guna mencari pekerjaan didekati oleh supirtaksi yang menawarkan mereka pekerjaan bergaji besar begitu mereka sampai di tempattujuan, namun kemudian mereka malah dibawa ke rumah bordil di mana mereka dipaksaatau dibujuk untuk tinggal. Meski sering kali tidak diakui, orang tua dapat memperdagangkananak mereka dengan cara menyalahgunakan wewenang formal dan informal mereka sebagaiorang tua. Di beberapa kabupaten di Indonesia, terutama di Jawa, berlaku subbudaya dimana keluarga yang mempunyai anak perempuan di bawah umur mengatur agar anak merekadapat menetap di kota untuk memasuki industri seks agar ia memperoleh penghasilan lebihbesar dari yang mungkin dapat ia raih. Ini sudah jelas merupakan kasus perdagangan.Sementara di daerah lain, seperti Sulawesi Utara, sejumlah perempuan dan gadis muda secarasadar menandatangani kontrak untuk bekerja sebagai penari, penari telanjang atau bahkanpekerja seks, namun mereka ditipu mengenai kondisi kerja yang harus mereka hadapi,dibebani oleh utang yang sebenarnya tidak ada atau jumlahnya lebih besar dari yangsebenarnya, disekap secara paksa, atau tidak boleh menolak bekerja, sehingga nasib merekaberujung dalam kondisi eksploitatif yang merupakan perdagangan (kunjungan lapanganproyek). Juga ada konsistensi yang cukup tinggi dari antara sejumlah laporan yang menyatakanbahwa 30% pekerja seks di Indonesia berusia di bawah 18 tahun (Irwanto et al., 2001: 30).Anak umur di bawah 18 tahun yang direkrut dan dikirim ke dalam industri seks merupakankorban perdagangan, sehingga isu tentang persetujuan atau menjadi pekerja seks secarasukarela menjadi tidak relevan.Pengantin PesananPernikahan paksa memiliki sejarah panjang di banyak daerah Indonesia. Ada banyaksubbudaya Indonesia di mana pernikahan biasanya diatur oleh orang tua tanpa banyakpertimbangan terhadap pilihan anak mereka. Meski kini pelaksanaan praktik ini tidak seseringdahulu, praktik ini masih tetap hidup dan melanggar hak seseorang untuk menikah denganbebas dan atas persetujuan penuh dari dirinya sendiri (Pasal 16, Deklarasi Universal HakAsasi Manusia). Pengantin pesanan merupakan manifestasi modern dari perjodohan dandapat menjadi kasus perdagangan ketika seorang gadis menikah atas tekanan keluarganya(khususnya bila ia berumur di bawah 18 tahun), dan berakhir dalam kondisi perbudakanatau eksploitatif. Fenomena pengantin pesanan di Indonesia tampaknya terutama terjadidalam masyarakat Indonesia keturunan Tionghoa di Provinsi Kalimantan Barat (meski dariJawa Timur diberitakan telah terjadi beberapa kasus serupa), dengan para calon suami berasaldari Taiwan. Meski sebagian perempuan muda yang diperistri melalui proses ini mempunyaipernikahan yang bahagia, ada sejumlah perempuan lain melaporkan bahwa mereka bekerjaseperti budak di rumah suami dan orang tua suaminya, dengan jam kerja yang panjang dantanpa gaji dan mereka tidak diperlakukan sebagai salah satu anggota keluarga. Dalambeberapa contoh yang lebih mengenaskan, para perempuan tersebut benar-benar dipaksaoleh suami mereka untuk memasuki industri seks atau langsung dijual ke sebuah rumah

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!