12.07.2015 Views

PNACU645

PNACU645

PNACU645

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

130 Perdagangan Perempuan dan Anak di IndonesiaSebagian besar anak jalanan di Indonesia melakukan pekerjaan seperti mengemis, menjadipemulung sampah daur ulang, menyemir sepatu, menjual koran, menjajakan minuman ataubarang konsumsi lainnya kepada pengendara kendaraan bermotor, mencopet, menyewakanpayung pada saat hujan, dan pekerjaan lain termasuk mengedarkan narkotika dan obatobatanterlarang (narkoba) dan bahkan menjajakan jasa seks (Dursin, 2000). ILO-IPECmelaporkan bahwa banyak anak jalanan bekerja rata-rata 10 jam per hari. Mereka yangmasih bersekolah kebanyakan menghabiskan waktu 5 jam per hari untuk bekerja di jalanan(ILO-IPEC, 2001). Walaupun banyak dari anak-anak ini yang telah meninggalkan rumahkarena mengalami kekerasan atau ditelantarkan, mayoritas masih tinggal dengan orang tuamereka atau secara teratur berhubungan dengan mereka. Dari 39.861 anak jalanan yangdisurvei di 12 kota besar di Indonesia oleh Universitas Atma Jaya pada tahun 2000, 80%mengaku masih berhubungan dengan keluarga mereka (Dursin, 2000).Ada begitu banyak bahaya yang dihadapi oleh anak jalanan di Indonesia, antara lain kekerasandan penahanan dari waktu ke waktu oleh petugas penertiban, eksploitasi dan kontrol olehpreman setempat, terserempet atau tertabrak kendaraan yang lewat, jatuh ke selokan ataubahaya lainnya di jalanan, serta menghadapi polusi jalanan setiap hari (ILO-IPEC, 2001a).Seorang anak jalanan berusia 14 tahun mengatakan bahwa bahaya terbesar adalah satpamdan polisi, yang menggaruk mereka karena secara ilegal mengemis di jalanan dan kemudianmembawa mereka ke pusat penahanan anak agar mereka direhabilitasi, namun sebaliknyadi sana mereka malah dimintai sejumlah besar uang sebelum dilepaskan (Kearney, 1999).Pada tahun 1999, Direktur UNICEF untuk Asia Stephen Woodhouse menyatakan bahwapolisi adalah salah satu bahaya terbesar bagi anak jalanan (Kearney, 1999). Kendati demikian,preman jalanan juga tampaknya mengendalikan banyak pengamen dan pengemis, denganmengambil bagian besar dari apa yang diperoleh anak-anak tersebut untuk ‘perlindungan’mereka. Salah satu bahaya kehadiran preman dan orang dewasa lainnya dalam kehidupananak jalanan juga adalah eksploitasi seksual. Untuk anak-anak yang baru di jalanan dantidak tahu bagaimana mereka melindungi diri mereka sendiri, bahaya ini sangat nyata (Kearney,1999).Meskipun anak jalanan dalam sebagian besar kasus tidak diperdagangkan ke dalam situasiyang kini mereka hadapi, mereka tetap rentan untuk diperdagangkan, khususnya untukeksploitasi seksual, akibat posisi ekonomi mereka yang genting dan minimnya keamananfisik. Suatu studi yang dilakukan dengan dukungan ILO-IPEC menyatakan bahwa banyakanak jalanan yang telah diperdagangkan – kebanyakan dari daerah pedesaan ke daerahperkotaan – biasanya untuk dijadikan pengemis jalanan yang dikerahkan secara terorganisasidemi keuntungan sang koordinator (Irwanto et al., 2001). Banyak dari keluarga para anaktersebut dijanjikan bahwa anak mereka akan mendapatkan pekerjaan yang layak di kota.Laporan yang sama juga menyatakan adanya indikasi bahwa di Indonesia sejumlah bayi dananak-anak diculik dengan tujuan untuk disewakan sebagai pelaku pembantu dalampengemisan.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!