12.07.2015 Views

PNACU645

PNACU645

PNACU645

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

110 Perdagangan Perempuan dan Anak di IndonesiaContoh pertama adalah perekrutan yang sejak awal dilatarbelakangi oleh penipuan, yangdilakukan oleh agen Indonesia terhadap sejumlah perempuan untuk kerja seks. 23 Untukperekrutan semacam ini, para perempuan dijanjikan akan dipekerjakan sebagai pembanturumah tangga yang bergaji besar. Namun ketika mereka sudah menerima tawaran tersebut,mereka ternyata disalurkan ke rumah bordil dan lokasi sektor seks lainnya. Dalam contohkedua para perempuan yang bermigrasi untuk bekerja sebagai PRT kemudian diperdagangkanke dalam sektor seks oleh agen mereka di Malaysia, ketimbang ditempatkan ke dalam posisiyang sudah dijanjikan sebelumnya (Jones, 2000: 76). 24Hanya sedikit informasi yang tersedia mengenai kondisi spesifik perempuan yangdiperdagangkan ke luar negeri untuk kerja seks. Kendati demikian, data eksperiensialmengindikasikan bahwa kondisi kerja dan tinggal cukup sulit, kendati hal ini dapat berbedadari satu situasi ke situasi lainnya. Dalam kasus-kasus ekstrem – dan ini tidak jarang terjadi– gerak-gerik para perempuan itu dibatasi, mereka biasanya mempunyai banyak utang,menerima upah rendah, sering mengalami kekerasan, dan kondisi kerja serta tinggal buruk.Misalnya, dalam sebuah kasus yang terjadi di Tawau, Malaysia, sembilan perempuan usia 16sampai 22 tahun dikurung selama dua bulan di hotel Tawau. Mereka tidak diberi makankalau menolak melayani pelanggan dan mereka selalu dijaga ketat. Semuanya sebelumnyadijanjikan akan mendapat pekerjaan sebagai pelayan. Secara keseluruhan ada 40 perempuanIndonesia yang dikurung secara paksa di hotel yang sama oleh 4 germo (Jones, 2000: 77).Kemudian seorang lagi perempuan muda berusia 17 tahun mengadu bahwa dirinya mengalamikekerasan seksual, fisik, dan psikologis oleh pemilik bar ke mana ia diperdagangkan untukbekerja di sana. Ia hanya diberi makan sekali sehari dan dipaksa untuk melayani 17 pelanggansetiap harinya (Darwin et al., 2003: 24).Selain tren lebih umum yang diuraikan di atas ini, ada tiga lagi manifestasi dari migrasi danperdagangan seks internasional yang layak diuraikan secara terpisah dan dibahas secarasingkat di bawah ini. Mereka adalah: ‘Penari Tradisional’, ‘Pengantin Pesanan’ dan ‘PerempuanAsing dalam Sektor Seks Indonesia’.‘Penari Tradisional’Belakangan ini muncul tren untuk memperdagangkan perempuan Indonesia diperdagangkanke dalam industri seks di Jepang dengan kedok diberangkatkan ke luar negeri sebagai penaritradisional. Hingga sekarang informasi mengenai subjek ini masih terbatas. Kendati demikian,ada informasi umum yang dapat diperoleh dari sumber LSM dan daerah juga laporan pihakpers. Secara signifikan, tren pengiriman penghibur ke Jepang ini tidak hanya terjadiberkembang di Indonesia tetapi juga berkaitan dengan pola serupa di Filipina. 2523Sebuah sumber mengungkapkan bahwa sebagian besar dari perempuan ini berasal dari Jawa Timur, meski terbukti bahwaada juga perempuan dari Kalimantan yang diperdagangkan (Jones, 2000: 76).24Sebuah rute perdagangan yang digambarkan oleh Jones menunjukkan bahwa para perempuan asal Jawa Timur pergi denganbus ke Surabaya dan dari sana berangkat ke Ujung Pandang (Makassar), Sulawesi Selatan, dengan kapal kecil atau pesawatterbang. Dari situ mereka akan melanjutkan perjalanan dengan jalur darat ke Pare-Pare lalu menyeberang ke Nunukan,Kalimantan Timur, dari mana mereka dapat pergi ke Malaysia (2000: 76).25Untuk informasi lebih lanjut mengenai perdagangan perempuan Filipina sebagai penghibur di Jepang, lihat Santos, 2002dan DAWN, 2002.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!