12.07.2015 Views

PNACU645

PNACU645

PNACU645

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

176 Perdagangan Perempuan dan Anak di IndonesiaBentuk-Bentuk PerdaganganBali tampaknya merupakan daerah penerima untuk perdagangan domestik, daerah pengirimuntuk perdagangan internasional, dan daerah transit untuk keduanya. Meski perdagangandari dan ke Bali kelihatannya terutama ditujukan untuk industri seks, untuk jenis eksploitasitenaga kerja lain, Bali mungkin berfungsi sebagai daerah transit, di mana penduduk daridaerah lain yang merantau ke Bali untuk mencari pekerjaan kemudian direkrut oleh pelakuperdagangan untuk dikirim ke kota lain atau ke luar negeri.Kerja Seks Komersial – DomestikKerja seks komersial tampaknya menjadi tujuan utama bagi perdagangan domestik daninternasional dari dan ke Bali. Para perempuan kebanyakan datang dari Jawa Timur ke Bali.Kadang-kadang mereka dijanjikan pekerjaan di pabrik atau di hotel, dan kemudian dipaksauntuk bekerja sebagai pekerja seks komersial (PSK). Sejumlah perempuan lainnya datangke Bali bermodalkan sedikit sumber daya dan didorong oleh kebutuhan untuk menghidupikeluarga mereka di kampung. Sesampainya di pelabuhan, mereka dihampiri oleh sopir taksidan agen yang mengaku tahu di mana mereka dapat memperoleh pekerjaan yang baik dankemudian malah membawa mereka ke sebuah rumah bordil. Para perempuan itu mungkinmerasa takut karena berada di tempat yang asing, yakin bahwa mereka tidak mempunyaicara lain untuk mencari uang, dan tidak mampu atau tidak mau pulang ke daerah asalnya.Kerja Seks Komersial – InternasionalBali memiliki program pertukaran seni dan budaya resmi yang bernama Impresariat. Programini memfasilitasi perjalanan kelompok seni Bali ke berbagai negara. Akhir-akhir ini banyaklaporan yang memberitakan bahwa pelaku perdagangan menggunakan program ini sebagaicara untuk membawa perempuan dari Indonesia ke Jepang untuk bekerja dalam industriseks komersial. Para perempuan direkrut sebagai penari, dan dijanjikan bahwa pekerjaanmereka adalah menampilkan tarian Bali tradisional di sejumlah klub di Jepang. Namun diJepang para perempuan itu biasanya tidak akan bekerja sebagai duta budaya di Jepang,sebaliknya di tempat-tempat hiburan malam di mana tugas mereka bermacam-macam, mulaidari menyajikan makanan, menari, menemani tamu, hingga melakukan hubungan seks dengantamu (Kurniawan & Santosa, 2002). Menurut sebuah sumber LSM di Jepang, mereka belumpernah menjumpai perempuan yang benar-benar bekerja sebagai penari tarian tradisionalIndonesia di Jepang (Wawancara, 2002).Para perempuan biasanya memasuki Jepang dengan visa turis yang tidak memberi merekahak untuk secara sah bekerja di negara itu (Kurniawan & Santosa, 2002), atau dengan visakerja singkat yang mungkin akan mereka langgar. Mengingat status mereka adalah ilegal,maka mereka amat rentan terhadap kekerasan selama berada di Jepang. Pengalaman paraperempuan yang dikirim ke Jepang tersebut amat bervariasi dari satu kasus ke kasus yanglain. Dalam beberapa kasus, perempuan mengalami pelecehan dan bahkan kekerasan seksual,sebagaimana dalam kasus dua perempuan Bali yang sekembalinya dari Jepang mengajukan

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!