12.07.2015 Views

PNACU645

PNACU645

PNACU645

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

100 Perdagangan Perempuan dan Anak di Indonesiabanyak terjadi dari tren penjeratan utang ini adalah ketika orang tua menerima pembayarandi muka dari hasil kerja anak perempuan mereka nanti, 17 menciptakan setumpuk utang yangharus dibayar oleh anak perempuan itu dalam situasi yang tidak menguntungkan. Contohnya,menurut LSM Bandungwangi di Jakarta dan sejumlah peneliti dari universitas, sudah biasabagi anak yang dipekerjakan sebagai penjual teh botol untuk diikat dengan utang oleh majikanmereka. Pola umum bagi perekrutan dari Indramayu, Jawa Barat, adalah orang tua (yangmiskin) didekati oleh seorang calo, yang biasanya juga penduduk setempat dan sudah merekakenal, yang menawarkan pekerjaan bagi anak gadis mereka sebagai penjual teh botol ataupelayan. Menurut sebuah sumber, para calo biasanya cukup pintar memilih waktu untukmendekati orang tua, dengan cenderung membidik keluarga miskin pada saat perekonomianrumah tangga keluarga itu sedang suram. Orang tua yang menyetujui kesepakatan tersebutkemudian akan diberi sejumlah uang yang nantinya akan dipotong dari gaji anak perempuanmereka (Wawancara, 2003). 18 Sedangkan dalam hal menjadi pekerja seks di rumah bordil,ada sebuah praktik di Surabaya, Jawa Timur, di mana seorang gadis didaftarkan ke lokalisasipada umur 10 atau 12 tahun untuk bekerja di rumah bordil itu di masa depan. Pada tahap iniorang tuanya biasanya akan menerima uang muka dari penghasilan masa depannya dandapat terus meminjam uang kepada calo dan/atau pemilik rumah bordil di tahun-tahunberikutnya. Perempuan muda biasanya memasuki lokalisasi ketika mereka berusia sekitar15 atau 16 tahun dan terikat kepada majikan mereka oleh utang ini (Wawancara, 2003).Ada juga utang yang dibuat oleh pekerja seks itu sendiri. Dalam sebuah survei terhadap 52pekerja seks perempuan di lokalisasi Dolly di Surabaya, Jawa Timur, 60% respondenmeminjam uang kepada mami untuk keperluan keluarga mereka atau pemeriksaan medis(Hull et al., 1999:71). Namun tidak disebutkan persyaratan utang tersebut; jelas bahwapraktik semacam ini dapat menciptakan kerentanan di kalangan pekerja seks. Sumber LSMlain di Surabaya mengemukakan bahwa di banyak rumah bordil, pekerja seks meminjamuang dengan bunga yang dapat mencapai 25%-40% per bulan (Wawancara, 2002).Selanjutnya, dalam kunjungan lapangan, kami menemukan bahwa di banyak rumah bordil,pungutan untuk makanan dan kos cukup tinggi, melambangkan satu lagi alat potensial untukmenciptakan atau mempertahankan utang. Di salah satu rumah bordil di Samarinda,Kalimantan Timur, para pekerja seks harus membayar mahal untuk makanan dan minuman.Contohnya, pekerja seks dikenai harga Rp.10.000,00 untuk sekaleng soda, meski kami telahmembeli barang yang sama dengan harga hanya Rp.4.000,00 di sebuah toko di kota itu. Inidiperparah dengan fakta bahwa mereka tidak boleh memasak untuk diri mereka sendiri didalam rumah bordil. NGO Hotline Surabaya menegaskan bahwa praktik ini juga biasadijumpai di rumah bordil lain sebagai alat agar perempuan itu terus memberikan layananseks (Wawancara, 2002).17Praktik penjeratan utang ini bukan hanya berlaku dalam industri seks saja, tetapi juga merupakan praktik yang banyakdipakai oleh agen dan perekrut untuk menjebak semua tipe buruh migran, lihat bagian III A, Buruh Migran, dan III B,Pembantu Rumah Tangga. Asal mula historis dan budaya praktik ini dibahas dalam bagian IV D, Tradisi Budaya.18Sebagian orang tua tahu mengenai sifat mengikat dari kontrak ini dan bahwa penghasilan anak mereka di masa depan akandikurangi dengan jumlah yang telah mereka terima. Sementara orang tua yang lain (dengan lugu) tidak menyadari bahwajumlah yang dibayarkan di muka kepada mereka itu merupakan pinjaman yang mengikat anak perempuan mereka kepadamajikan (Wawancara, 2003).

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!