12.07.2015 Views

PNACU645

PNACU645

PNACU645

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Faktor-faktor yang Mengakibatkan Perdagangan143D. KONTEKS BUDAYAOleh Rebecca SurteesIndonesia, negara dengan jumlah penduduk yang amat besar, yaitu 230 juta jiwa, dalambanyak hal dicirikan oleh keragamannya. Secara geografis, Indonesia terdiri lebih dari 17.000pulau dan 30 provinsi. Meski 88 persen penduduk adalah Muslim, Indonesia juga dihuniumat beragama lain, antara lain Kristen Protestan (5%), Katolik Roma (3%), Hindu (2%),Buddha (1%) dan lain-lain (1%). Di beberapa provinsi, seperti Bali, Irian Jaya, dan NusaTenggara Timur (NTT), agama-agama lain ini lebih dominan ketimbang Islam. Secara etnispun Indonesia juga beragam, dengan populasi yang terdiri dari etnis Jawa (45%), Sunda(14%), Madura (7,5%), Melayu (7,5%) dan sederetan etnis lain (26%) (CIA, 2002). Walaupunbahasa Indonesia adalah bahasa resmi, lebih dari 400 bahasa berbeda digunakan di Indonesia.Selanjutnya, keragaman budaya dimanifestasikan dalam begitu banyak macam suku bangsa,tradisi, dan pola pemukiman, yang kemudian menghasilkan keragaman gugus budaya dansosial. 1 Jadi dalam banyak hal, ciri kebudayaan Indonesia adalah keanekaragamannya.Meskipun terdapat keragaman daerah dan budaya, menggambarkan kerangka umum identitasdan kebudayaan Indonesia bukan hal yang mustahil. Dengan mempertimbangkan topiktopikseperti peran perempuan dalam keluarga; kekuasaan, hierarki dan kelas sosial; perandan tanggung jawab anak; asal mula sistem ijon; pernikahan dini; dan wacana-wacana budayadan pandangan-pandangan dunia yang terus berkembang, kita dapat, paling tidak secarasistematis, merumuskan identitas budaya dan melihat bagaimana hal-hal ini berfungsi untukmemfasilitasi dan mengurangi perdagangan pada perempuan dan anak. Dengan menghargaikonteks budaya di mana perdagangan dan sistem ijon terjadi, kita dapat lebih memahamiartinya, yang kemudian akan membuat kita mampu mengidentifikasi langkah-langkah yangmampu menanggapi kebutuhan budaya maupun hak asasi manusia (HAM).Masing-masing topik di atas akan dibahas secara bergantian, namun perlu diingat bahwapembahasan ini tidak bertujuan untuk menggali identitas budaya nasional atau daerah.Sebaliknya, pembahasan ini merupakan kerangka skema aspek-aspek wacana budayaIndonesia sebagai langkah awal untuk mengapresiasi bagaimana faktor budaya dan sosialberdampak pada kerentanan seseorang atau kelompok terhadap perdagangan dan praktikpraktikterkait.1Secara keseluruhan, pola keturunan paling umum di Indonesia adalah pola bilateral, dengan patrilineal sebagai polaketurunan kedua paling lazim (ESCAP, 1998: 35). Akan tetapi, ada banyak variasi. Contohnya, suku Minangkabau di SumateraBarat menganut garis keturunan matrilineal (menetapkan garis keturunan dari keluarga ibu) dengan pola pemukimanmatrilokal (tinggal dengan keluarga istri setelah menikah ) (Postel-Coster, 1992: 224). Suku Minahasa dari Sulawesi Utaraumumnya menganut pola neolokal (tinggal terpisah dari orang tua setelah menikah ) (van Bemmelen, 1992:189), sukuMadura mempunyai hubungan kekeluargaan dan pola waris bilateral tetapi menunjukan unsur-unsur patrilineal (Niehof,1992: 167) dan pola keturunan serta pewarisan Jawa adalah bilateral (Brenner, 1995: 24).

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!