12.07.2015 Views

PNACU645

PNACU645

PNACU645

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

50 Perdagangan Perempuan dan Anak di Indonesia• Jones memperkirakan bahwa sebagian besar perempuan yang diperdagangkan untukprostitusi ke Sabah, Malaysia, berasal dari Jawa Timur, dan juga dari Kalimantan(Jones, 2000: 76);Umur: Sebagian besar laporan menunjukkan bahwa buruh migran perempuan cenderungberusia sekitar pertengahan dua puluh-an dan tiga puluh-an, meski ada juga yang berumurdi luar rentang usia tersebut.• Suryakusuma memperkirakan bahwa sebagian besar buruh migran perempuanberusia di bawah 25 tahun, tetapi perempuan dari daerah pedesaan bermigrasi padausia yang jauh lebih muda, yaitu antara 15-25 tahun, dibandingkan dengan merekayang berasal dari daerah perkotaan, yaitu 25-30 tahun (Suryakusuma, 1999: 7-8).• Namun Hugo menunjukkan bahwa para perempuan itu cenderung berusia 20-anatau awal 30-an (Hugo, 2002: 164).• Anak-anak juga bermigrasi untuk mendapatkan pekerjaan, baik di dalam negerimaupun ke luar negeri, untuk membantu menghidupi keluarga mereka. Walaupunbatas umur untuk bermigrasi sebagai tenaga kerja di Indonesia adalah 18 dan kadangkadangbahkan sampai 25 tahun, tergantung undang-undang di negara tujuan (lihatBab VI, Kajian Perundang-undangan Indonesia), masih banyak anak yang bermigrasimelalui saluran tidak resmi. Sebagaimana yang akan dibahas lebih rinci nanti, agendan keluarga, bekerja sama dengan kepala desa dan aparat pemerintah, sering kalimemalsukan akta kelahiran, KTP, dan paspor agar anak di bawah umur dapatbermigrasi ke luar negeri. Selain itu, banyak anak di bawah umur bermigrasi daridesa ke kota besar untuk bekerja di sektor informal (misalnya, sebagai pembanturumah tangga) (Kunjungan lapangan proyek).Pendidikan: Sebagian besar buruh migran perempuan mempunyai tingkat pendidikanterbatas – sebagian besar hanya menikmati pendidikan hingga sekolah dasar (SD) saja.• Sebagian besar buruh migran perempuan berpendidikan tidak lebih dari sekolahlanjutan tingkat pertama, dengan sekitar 60% hanya tamat sekolah dasar(Suryakusuma, 1999: 7).• Menurut hasil studi oleh Dorall dan Paramasivam, 13,4% dari buruh migranperempuan di Kuala Lumpur tidak berpendidikan, 57,4% hanya berpendidikansekolah dasar, 19,2% berpendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama dan 9,2%berpendidikan sekolah menengah umum (Hugo, 2002: 167).• Menurut hasil studi oleh Pujiastuti, 20% buruh migran perempuan yang kembalimelalui Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, tidak berpendidikan, 42,5% berpendidikansekolah dasar, 18,5% sekolah lanjutan tingkat pertama dan 20% sekolah menengahumum (Hugo, 2002: 167).

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!