12.07.2015 Views

PNACU645

PNACU645

PNACU645

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Bentuk-bentuk Perdagangan di Indonesia111· Ruang lingkup tren: Menurut sebuah sumber setempat di Indramayu, 1.000 gadistelah dikirim ke Jepang dari Indramayu selama tiga tahun terakhir (Kurniawan &Santosa, 2002). Sumber-sumber dari kalangan LSM di Bali juga mengungkapkanbahwa ada tren umum pengiriman penari tradisional dari Bali, kendati tidak adaangka konkret yang dapat memperkuat tren ini (Wawancara, 2003).· Daerah pengirim ‘Penari Tradisional’: Indramayu (khususnya beberapakabupaten di Indramayu Barat; Bongas, Gabus Wetan, Anjatan dan Karangsinom),Bandung dan Karawang di Jawa, dan Bali (Kurniawan & Santosa, 2002).· Daerah tujuan: Terutama Jepang, kendati sebuah sumber melaporkan bahwa jugaada ‘misi budaya’ ke Australia (Kurniawan & Santosa, 2002).· Proses perekrutan: Sejumlah perempuan direkrut oleh perusahaan migrasi sebagaipenari untuk dikirim ke Jepang. Mereka diberitahu akan bekerja sebagai penari dandilatih untuk membawakan berbagai tarian termasuk tari Bali dan Jawa. Periodepelatihan bervariasi, mulai dari satu sampai tiga bulan (Kurniawan & Santosa, 2002).· Status di Jepang: Menurut beberapa sumber, para perempuan itu masuk ke Jepangdengan visa turis yang tidak memberi mereka hak untuk bekerja secara resmi dinegara itu (Kurniawan & Santosa, 2002). Sebenarnya ada visa ‘budaya’ dan‘penghibur’ (entertainer) yang dapat diperoleh melalui Kedutaan Besar Jepang. Visabudaya berlaku antara 6 bulan sampai satu tahun namun tidak mengizinkan pemegangvisa itu untuk memperoleh penghasilan dari aktivitas budaya mereka. Sementaravisa penghibur berlaku selama 3 bulan sampai 1 tahun dan memang memperbolehkanpemegangnya mencari penghasilan dengan visa ini, meski ada kriteria tertentu yangharus dipenuhi (Wawancara, 2002). Namun kami tidak dapat mengkonfirmasi jenisvisa mana yang saat ini dipakai para perempuan itu untuk pergi ke Jepang sebagaipenari tradisional. Jika perempuan Indonesia memasuki Jepang dengan visa turisataupun visa lain yang tidak sesuai, status ilegal mereka menyebabkan mereka rentanterhadap kekerasan dan pelanggaran hak selama mereka di Jepang. Juga, karenavisa (baik turis maupun budaya) mempunyai masa berlaku yang singkat, menetaplebih lama dari yang diizinkan oleh visa itu akan membuat status pekerja menjadiilegal dan karena itu membuat mereka menjadi lebih rentan terhadap eksploitasi.· Tipe pekerjaan di Jepang: Para perempuan itu biasanya tidak bekerja sebagai‘penari tradisional’ di Jepang, sebaliknya mereka bekerja di tempat-tempat hiburanmalam dan tugas mereka bermacam-macam, mulai dari menyajikan makanan,berdansa, menemani tamu sampai berhubungan seks dengan pelanggan (Kurniawan& Santosa, 2002). Perempuan yang diperdagangkan dari Filipina sebagai penghiburjuga harus melakukan jenis pekerjaan serta mengalami eksploitasi serupa. Menurutsebuah sumber LSM di Jepang, belum pernah ada kasus di mana perempuanperempuanini benar-benar dipekerjakan sebagai penari tradisional Indonesia di Jepang(Wawancara, 2002).· Pengalaman di Jepang: Pengalaman para perempuan itu amat beragam dari satukasus ke kasus lain.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!