12.07.2015 Views

PNACU645

PNACU645

PNACU645

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

112 Perdagangan Perempuan dan Anak di IndonesiaooDalam beberapa kasus, perempuan menghadapi pelecehan seksual dan bahkankekerasan seperti dalam kasus dua perempuan Bali yang sekembalinya dariJepang mengajukan pengaduan tentang perusahaan yang telah mengirim mereka,dengan mengklaim bahwa mereka telah ditipu dan dilecehkan secara seksual ditempat hiburan malam di mana mereka dipaksa untuk bekerja (‘Balinese dancers,’2002). Ini sesuai dengan informasi tentang sejumlah perempuan Filipina yangbekerja sebagai penghibur di Jepang (DAWN, 2002).Dalam beberapa kasus, para gadis dilaporkan memperoleh bayaran tinggi dandiperlakukan dengan layak, serta bahwa hubungan seks dengan pelanggansebenarnya tidak dianjurkan oleh majikan mereka (Kurniawan & Santosa, 2002).Meskipun begitu, pekerjaan mereka tetap saja bukan sebagai penari tradisionalseperti yang telah dijanjikan sebelum keberangkatan.‘Pengantin Pesanan’Pembahasan menyeluruh mengenai topik ini ini diberikan dalam bagian III D yang berjudulPengantin Pesanan. Topik ini dimasukkan ke sini karena meski tidak semua perempuanyang menjadi pengantin pesanan dijual ke dalam industri seks, tetapi hal ini tidak jarangjuga terjadi. Untuk Indonesia, ada banyak bukti anekdotal yang menunjukkan bahwa banyakperempuan Indonesia dikirim untuk tujuan kerja seks di bawah kedok pernikahan denganwarga negara asing. Sehingga potensi kaitan antara tren pengantin pesanan dengan industriseks disorot di sini.Perempuan Asing dalam Industri Seks IndonesiaAda informasi anekdotal yang menunjukkan bahwa telah terjadi perdagangan perempuanke Indonesia untuk dijadikan pekerja seks. Koran dan televisi beberapa kali telah melaporkansejumlah kasus yang melibatkan perempuan dari berbagai negara, antara lain Thailand,Rumania, Rusia, bekas Uni Soviet, Cina, Norwegia dan Taiwan, bekerja di sektor seks (MajalahPopular, 2002; Harsanto, 2002; Fadli, 2002). Kendati demikian, tidak jelas sampai sejauhmana kasus-kasus ini adalah kasus perdagangan ketimbang kasus migrasi ilegal. 26 Misalnya,dalam sebuah kasus, sejumlah perempuan Rumania yang masuk ke Indonesia dengan visaturis tampaknya bekerja di sektor hiburan sebagai ‘penyanyi’ namun sebenarnya merekajuga bekerja sebagai hostes, penari telanjang dan pekerja seks (Wawancara, 2003). Ada pulacontoh lain di mana sejumlah perempuan dari Uzbekistan memberikan layanan seks disejumlah hotel di Jakarta. Para perempuan ini ditahan dan dikenai tuduhan melanggar UUImigrasi dan pasal 281 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) untuk kejahatanterhadap kesusilaan. Dan pada bulan Oktober 2002, lima perempuan Republik Rakyat Cina(RRC) yang masuk ke Indonesia dengan visa turis ditangkap atas tuduhan melakukan kerjaseks (Harsanto, 2002; ‘Chinese citizens’, 2002).26 Ini sesuai dengan negara-negara lain di Asia Tenggara, seperti Kamboja dan Thailand, di mana ada bukti bahwa perempuandari Eropa Timur, bekas Uni Soviet dan, pada skala yang lebih kecil, Eropa Barat, bekerja dalam industri seks. Juga tidak jelasapakah ada unsur perdagangan dalam situasi ini.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!