28.11.2014 Views

Mengkaji Implementasi Perda Pelayanan Publik ... - psflibrary.org

Mengkaji Implementasi Perda Pelayanan Publik ... - psflibrary.org

Mengkaji Implementasi Perda Pelayanan Publik ... - psflibrary.org

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

132<br />

3.3 Advokasi Peraturan Daerah Kabupaten Bandung No.2 Tahun 2006<br />

tentang Alokasi Dana Perimbangan Desa<br />

Agak berbeda dengan advokasi <strong>Perda</strong> No. 8 Tahun 2005, keterlibatan INISIATIF<br />

dalam advokasi <strong>Perda</strong> No. 2 Tahun 2006 dimulai dari gagasan IPGI Bandung9<br />

<br />

untuk mengembangkan otonomi desa yang diawali dengan sebuah penelitian<br />

sejak tahun 2001. Gagasan pengembangan kemandirian dan otonomi desa muncul<br />

untuk menindaklanjuti munculnya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang<br />

Pemerintahan Daerah.<br />

Ini karena Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 merupakan tonggak baru bagi<br />

proses demokratisasi di Indonesia. Undang-undang ini menggantikan Undang-<br />

Undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah dan<br />

Undang-Undang No. 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa yang dianggap jauh<br />

dari semangat otonomi di masing-masing daerah. Undang-Undang No. 22 Tahun<br />

1999 telah mengilhami reformasi di daerah dengan mendorong proses restorasi<br />

penyelenggaraan pemerintahan daerah “as extensive autonomy as possible”<br />

10<br />

sebagaimana dulu diamanatkan oleh para founding father negara ini. <br />

Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 memberikan kesempatan bagi daerah dan desa<br />

untuk secara otonom mengelola wilayahnya sesuai dengan yang diinginkan oleh<br />

warganya. Otonomi desa dianggap sebagai cara yang ideal untuk dapat mendekatkan<br />

proses pembuatan kebijakan publik dan pelayanan publik pada masyarakat desa.<br />

Otonomi desa dianggap strategis karena desa adalah pemerintahan pada tingkatan<br />

paling rendah dan paling dekat dengan masyarakat.<br />

Untuk terwujudnya otonomi desa, desa harus mempunyai kewenangan yang lebih<br />

luas untuk menyediakan pelayanan publik. Hal ini dapat dicapai bila desa sebagai<br />

pemerintah pada tingkat paling rendah di”kembalikan” hak otonominya dengan<br />

mewujudkan pemerintahan yang lebih desentralistis. Yaitu dengan pelimpahan<br />

kewenangan urusan tertentu pada desa yang selama ini dikuasai tingkatan<br />

pemerintahan yang lebih tinggi. Implikasi dari pelimpahan kewenangan pada desa<br />

adalah beban kewajiban atau tanggung jawab desa yang bertambah.<br />

Untuk itu diperlukan adanya perimbangan keuangan (transfer fiskal) dari<br />

pemerintah kabupaten ke pemerintah desa. Perimbangan keuangan merupakan<br />

manifestasi dari hak yang semestinya diperoleh oleh pemerintahan desa sebagai<br />

sumber daya untuk melaksanakan penyediaan barang dan jasa publik pada<br />

9 IPGI Bandung adalah pendahulu Perkumpulan INISIATIF. Program IPGI Bandung salah satunya<br />

adalah mengembangkan otonomi desa.<br />

10 Sidang Umum yang diselenggarakan beberapa saat setelah Presiden Soekarno ditumbangkan dari<br />

kepresidenannya berhasil menetapkan beberapa ketetapan yang terkait pada penataan penyelenggaraan<br />

pemerintahan dan ketatanegaraan. Salah satunya adalah Ketetapan No. XXI/MPRS/1966 mengenai<br />

pemberian otonomi seluas-luasnya kepada daerah. Sejumlah pokok ketentuan yang dimuat secara<br />

ringkat memandatkan antara lain: (1) memberikan otonomi selus-luasnya kepada daerah; (2) penyerahan<br />

urusan disertai aparatur dan keuangannya; (3) pemberian tanggung jawab dan wewenang pengaturan<br />

kepegawaian di lingkungan pemerintah daerah; (4) pengaturan perimbangan keuangan; (5) peninjauan<br />

kembali UU no. 18 tahun 1965 dan UU no. 19 tahun 1965.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!