28.11.2014 Views

Mengkaji Implementasi Perda Pelayanan Publik ... - psflibrary.org

Mengkaji Implementasi Perda Pelayanan Publik ... - psflibrary.org

Mengkaji Implementasi Perda Pelayanan Publik ... - psflibrary.org

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Penyidik Umum. Demikian juga sanksinya pelanggaran cukup dengan menggunakan<br />

sanksi pidana administrasi dengan hukuman yang lebih menekankan pada aspek<br />

pembinaan atau berupa denda bukan kurungan. Kekurangan lain, <strong>Perda</strong> tersebut<br />

tidak menyebutkan ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban para pihak secara<br />

jelas, baik PKL maupun Pemerintah Daerah. Kalaupun ada, hanya mengatur<br />

kewajiban Pemda untuk melakukan pembinaan dalam bentuk bimbingan teknis<br />

dan penyuluhan (Pasal 7). Sementara PKL diwajibkan untuk membayar retribusi<br />

tanpa disebutkan hak-hak yang melekat setelah menjalankan kewajibannya. (Pasal<br />

8). Di sini, terlihat jelas bahwa keberadaan PKL kurang dihargai eksistensinya,<br />

sehingga ketika terjadi penertiban, para PKL tidak memperoleh perlindungan<br />

hukum secara jelas, karena tidak adanya rumusan secara rinci hak-hak yang<br />

mestinya dimiliki PKL setelah membayar restribusi.<br />

Upaya untuk melakukan pembelaan diri terhadap tindakan sewenang-wenang<br />

yang dilakukan aparat Pemda menempatkan PKL pada posisi yang lemah. Karena<br />

dalam <strong>Perda</strong> tersebut tidak mengatur kebaradaan <strong>org</strong>anisasi PKL, sebagai wadah<br />

untuk menghimpun aspirasi dan kekuatan para PKL terutama yang berkaitan<br />

dengan upaya untuk melindungi hak-haknya ketika terjadi penertiban. Ketentuan<br />

tentang pembolehan PKL membentuk <strong>org</strong>anisasi atau pagayuban ditemukan<br />

dalam Pasal 9 ayat (3) Keputusan Wali Kota No. 2 Tahun 2001 tentang Pedoman<br />

Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 8 Tahun 1995 tentang Penataan<br />

dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima.<br />

Secara keseluruhan isi <strong>Perda</strong> tersebut terlampau sederhana dan tidak rinci. Hal<br />

ini membuka peluang bagi pemegang kebijkan untuk menafsirkan ketentuan<br />

pasal-pasal yang diatur dalam <strong>Perda</strong> sesuai dengan kemauannya sendiri, dengan<br />

menggunakan legitimasi yang diatur melalui Surat Keputusan Walikota. Dilihat<br />

fungsinya, belum menunjukkan karakter produk peraturan yang responsif dan<br />

partisipatif. Hal ini disebabkan karena dalam pembuatan <strong>Perda</strong> tersebut masih<br />

didominasi peran Pemda dan tanpa melibatkan partisipasi publik, terutama para<br />

PKL. Produk <strong>Perda</strong> semacam itu menunjukkan suatu bentuk produk hukum yang<br />

tidak responsif dan partisipatif. Karena itu keberadaan dan fungsinya baru sebatas<br />

alat legitimasi untuk mengesahkan tindakan Pemda dalam melakukan penataan<br />

dan penertiban PKL.<br />

Disini terlihat jelas bahwa kebijakan Pemda dalam memberdayakan PKL belum<br />

mampu menjadikan hukum sebagai instrument of regulation, tapi baru bisa<br />

menjadikan hukum sebagai alat legitimasi untuk menjalankan kewenangannya<br />

(ego birokrasi), dalam penataan dan penertiban PKL di Kota Surakarta. Sikap<br />

Pemda tampak pertama, kurang mempunyai visi keberpihakan pada wong cilik.<br />

Kedua, Pemda kurang pro-aktif dalam merespon berbagai persoalan yang dihadapi<br />

PKL. Ketiga, selama ini dalam menyelesaikan masalah keberadaan PKL, Pemda<br />

lebih mengedapankan pendekatan kewenangan dalam melakukan penataan,<br />

penertiban dan relokasi PKL.<br />

179

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!