28.11.2014 Views

Mengkaji Implementasi Perda Pelayanan Publik ... - psflibrary.org

Mengkaji Implementasi Perda Pelayanan Publik ... - psflibrary.org

Mengkaji Implementasi Perda Pelayanan Publik ... - psflibrary.org

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

hutan yang tumbuh secara alami di atas tanah yang dibebani hak milik dan atau<br />

hak lainnya. Hak milik itu dibuktikan dengan sertifikat tanah dari instansi yang<br />

berwenang. Sementara yang dimaksud dengan hak lainnya mencakup hak guna<br />

usaha, hak guna bangunan, dan atau di tanah garapan yang keberadaan hutan<br />

rakyat dan kepemilikannya diakui oleh warga setempat dan oleh aparat desa dan<br />

camat.<br />

Sebagaimana diungkap dimuka, hutan rakyat dapat kita kategorikan sebagai<br />

praktek perhutanan sosial dalam jenis pertanian hutan (Awang, 2005; Wiersum,<br />

1984) dengan 3 ciri:<br />

1. pengelolaan hutan pada lahan milik petani sebagaimana tercantum dalam<br />

pasal 2,<br />

2. pelaksanaan dan pengelolaan hutan oleh petani. Ini ditegaskan dalam pasal 4<br />

ayat 2 yang berbunyi ”pengelolaan hutan rakyat yang telah ada dilaksanakan<br />

oleh penduduk setempat, tetap diperhatikan dalam rangka kelestarian dan<br />

peningkatan produktifitas hasil hutan”.<br />

3. instansi kehutanan tidak ambil bagian dalam pengelolaan hutan. Dalam perda<br />

Kutai Barat ini peran pemerintah dijelaskan dalam pasal 4 yang menyatakan<br />

bahwa pemerintah dalam hal ini Dinas Kehutanan wajib untuk memfasilitasi<br />

pengelolaan hutan rakyat yang biayanya dibebankan pada APBD Kabupaten<br />

Kutai Barat.<br />

Pengelolaan hutan rakyat itu mencakup kegiatan penanaman, pemeliharaan,<br />

pemanenan, pengolahan, pemanfaatan, pemasaran dan pengembangan. Khusus<br />

untuk pemanfaatan, masyarakat berhak untuk mengambil semua manfaat dari<br />

hutan yang ada di lahan garapan milik mereka baik untuk kebutuhan sendiri<br />

maupun untuk diperdagangkan. (pasal 5) dengan tetap memperhatikan aspek<br />

ekonomi dan aspek kelestarian. Namun demikian, masyarakat tetap diwajibkan<br />

mengantongi ijin pemungutan kayu hutan rakyat (IPKHR) dari Bupati dan<br />

atau pejabat yang ditunjuk. Selain itu terhadap hasil hutan yang mereka pungut<br />

dikenakan pungutan iuran kehutanan untuk hutan rakyat yang berasal dari hutan<br />

tanaman dan provisi sumber daya hutan (PSDH) dan dana reboisasi (DR) untuk<br />

hutan rakyat yang berasal dari hutan alami. Dengan melihat perda Kutai Barat ini<br />

sepertinya memang isinya lebih banyak memperkuat peran dan posisi pemerintah<br />

daerah dalam pengelolaan hutan rakyat.<br />

Peran dan posisi pemerintah sangat terlihat jelas dalam pasal 8 yang menyatakan<br />

bahwa pembinaan, pengawasan dan pengendalian pengelolaan hutan rakyat<br />

dilakukan oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Kutai dan atau Cabang Kehutanan<br />

setempat. Sementara upaya untuk melakukan penguatan kelembagaan masyarakat<br />

dalam pengelolaan hutan rakyat tidak begitu tampak. Justru aroma yang sangat<br />

kuat dari perda ini adalah dalam rangka peningkatan PAD melalui berbagai<br />

pungutan yang dikenakan pada masyarakat dalam mengelola hutan rakyat.<br />

Setidaknya ada 5 pungutan dari pengelolaan hutan rakyat, yaitu IPKHR, DR,<br />

PSDH, dan SKSHH (Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan). Dalam rangka<br />

244

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!