28.11.2014 Views

Mengkaji Implementasi Perda Pelayanan Publik ... - psflibrary.org

Mengkaji Implementasi Perda Pelayanan Publik ... - psflibrary.org

Mengkaji Implementasi Perda Pelayanan Publik ... - psflibrary.org

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

tim peneliti. Itu terjadi bukan hanya pada level birokrasi, melainkan juga para wakil<br />

rakyat yang duduk di DPRD Lebak. Beberapa kali saya mencoba bertemu dengan<br />

pejabat birokrasi. Di Bappeda saya bisa langsung bertemu dengan Sekretaris<br />

Bappeda dan melakukan wawancara selama 1,5 jam. Ketika saya masuk ke kantor<br />

Kantor <strong>Pelayanan</strong> Perijinan Terpadu (KPPT) saya langsung bisa wawancara<br />

dengan Kepala Kantor tersebut. Begitu juga ketika saya bertemu dengan pejabat<br />

di Bawasda, Kepala Kantornya langsung bersedia diajak wawancara selama 1 jam<br />

lebih. Di wilayah DPRD, saya langsung bisa bertemu dengan 2 orang anggota untuk<br />

memberikan informasi seputar pelayanan publik di Lebak. Keterbukaan tersebut<br />

tentu saja tidak lepas dari pengaturan dalam <strong>Perda</strong> tersebut dimana seseorang<br />

yang dengan sengaja mempersulit pemberian informasi akan diancam hukuman<br />

maksimal 5 tahun atau denda maksimal sebesar 5 juta rupiah.<br />

Kehadiran KTP juga cukup mendapatkan respek dari pejabat lainnya. Dengan<br />

berbekal kewenangan yang mereka miliki, anggota KTP dengan mudah<br />

memperoleh data yang dibutuhkan untuk klarifikasi dan verifikasi atas keluhan<br />

yang diajukan oleh warga masyarakat. Banyak sekali contoh masalah yang muncul<br />

dan memerlukan data dari berbagai instansi yang ada di daerah. Kasus penerima<br />

CPNS merupakan isu yang paling hangat dan belum selesai. Banyak sekali CPNS<br />

yang merasa proses rekrutmen tidak terbuka. Untuk kasus ini, pengurus KTP<br />

harus memperoleh data dan jawaban dari Badan Kepegawaian Daerah (BKD)<br />

untuk diinformasikan kepada pemohon. Kasus yang lain menyangkut penggunaan<br />

Dana Biaya Operasional Sekolah (BOS) dan Bantuan Langsung Tunai (BLT)<br />

yang seringkali tidak sesuai dengan yang digariskan oleh Pemerintah. Selain itu,<br />

masalah-masalah pembangunan seperti sekolah, jalan dan pasar yang dianggap<br />

menyimpang dari ketentuan juga menjadi keluhan yang datang dari warga<br />

masyarakat (lihat Tabel 4 dan Tabel 5).<br />

Dari kriteria yang kedua, yakni respon masyarakat, juga sangat tinggi. Dari<br />

catatan buku tamu, pada bulan Mei terdapat sebanyak sekitar 100 tamu yang<br />

mengunjungi KTP baik hanya untuk mengenal KTP maupun mengadukan masalah<br />

mereka yang terkait dengan kebijakan Pemda. Kehadiran warga tersebut juga<br />

semakin meningkat. Untuk bulan Juni, sampai dengan 6 Juni 2006 sudah terdapat<br />

129 warga yang memanfaatkan lembaga tersebut. Anggota DPRD pun banyak<br />

yang merasa perlu untuk mengunjungi kantor KTP untuk memperoleh informasi<br />

mengenai problem yang dihadapi masyarakat. Mereka memanfaatkan aspirasi yang<br />

masuk ke KTP tetapi mungkin tidak masuk ke anggota DPRD. Kalau kita lihat<br />

respon birokrasi ataupun anggota DPRD dan juga masyarakat, keduanya sangat<br />

positip. Selain itu, keuntungan yang didapat dengan adanya <strong>Perda</strong> mengenai KTP<br />

tersebut adalah munculnya dukungan finansial dari Bank Dunia yang bersedia<br />

mengucurkan bantuan sebesar Rp 18 milyar. Kucuran dana tersebut tidak terlepas<br />

dari adanya jaminan transparansi dan partisipasi dalam pengelolaan kebijakan<br />

publik.<br />

82

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!