Mengkaji Implementasi Perda Pelayanan Publik ... - psflibrary.org
Mengkaji Implementasi Perda Pelayanan Publik ... - psflibrary.org
Mengkaji Implementasi Perda Pelayanan Publik ... - psflibrary.org
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
ada aspek-aspek, otoritik, income generating, mengenai suatu <strong>Perda</strong> ada unsur itu.<br />
Tetapi yang perlu kita tekankan di sini adalah bahwa prinsip-prinsip di dalam<br />
menyusun <strong>Perda</strong> itu harus melalui suatu pemahaman kondisi, realitas, terus fungsi<br />
<strong>Perda</strong> itu jelas, untuk apa <strong>Perda</strong> itu dibuat, indikatornya apa, untuk mengukur<br />
keberhasilannya. Karena kita kadang-kadang yang penting ada aturan, tetapi<br />
tidak tahu bagaimana mereview keberhasilan sebuah aturan. Justru di situ<br />
kelemahan kita. Kita tidak berani direview, kenapa? Karena kita takut, karena<br />
kita merumuskannya tidak benar. Coba kita orang yang benar, berarti kita berani<br />
direview, indikatornya apa? Berarti kalau kita berani, berarti bagus indikatorindikatornya.<br />
Karena apa? Kalau sesuatu tanpa indikator, sangat grey-area,<br />
sangat mudah dipermainkan mengenai performance dari sebuah perda. Apakah<br />
dia ada pandangan publik dalam setiap setahun sekali atau LSM memberikan<br />
suatu pendapat jadi ada satu penilaian-penilaian yang diukur. Artinya, bentuknya<br />
apapun dirumuskan nanti.<br />
Mengenai Mas Ajazi dari Yayasan Kita, memang spesifik lokal harus ada, saya<br />
setuju, tetapi di dalam makalah ini saya sebutkan ada ketentuan-ketentuan umum<br />
yang sifatnya baku dan ada yang ketentuan khusus mungkin buat teman kita<br />
misalnya yang dari Timur, ada ketentuan lokal itu menjadi ketentuan tambahan,<br />
tapi ada ketentuan dasar yang mungkin Bab 1 sampai Bab 3 itu sama, prinsipil<br />
sifatnya. Ketentuan mengarahkan bagaimana dia ke depan. Jadi, setiap undangundang<br />
berbeda-beda isinya. Ada yang menghukum saja semua isinya, dari 5<br />
(lima) itu 4 (empat) menghukum, 1 (satu) memberikan solusi. Jadi, sebenarnya<br />
pemikiran itu ada dimana? Ada kadang-kadang orang yang perduli terhadap<br />
masyarakat memberi solusi dia – kalau tidak peduli, dia sikat saja. Ini kayaknya<br />
sampah harus dipotong saja, tidak usah hidup! Dia harus dihukum! Muncul di<br />
jalanan, tangkap! Jadi, ini kita bukan militer tapi kita mengelola sumberdaya.<br />
Karena Pemkot adalah mengelola/resource (manusia itu resource). Kalau dia mau<br />
kita kelola, kita mau dia dianggap tidak baik, kita harus beri jalan, kemana, mau<br />
ngapain dia, harus diberi dia solusi, dibina, tugas Depsos, tidak ada peran Depsos<br />
maupun apa disini tidak ada didalam <strong>Perda</strong>. Bisa lihat di <strong>Perda</strong> On-line, nanti klik<br />
saja www.perda-online lihat disitu <strong>Perda</strong>nya nanti pasti tidak ketemu peran LSM.<br />
Ada Dinas Sosial yang ada cuma di Lahat sama di Kupang, yang lain itu tidak ada.<br />
Bagaimana alternatif solusi, tidak ada. Semuanya fungsi penyidik, penangkapan,<br />
ciri-ciri orang yang dicurigai sama aturan peralihan itu saja isinya sebuah <strong>Perda</strong>,<br />
tidak ada. Bagaimana memperlakukan warga secara resource. Sebagai resource<br />
itu tidak ada didalam <strong>Perda</strong>, itu yang sangat disayangkan.<br />
Kemudian mengenai bagaimana hukum didalam UU No. 22/1999 pasal-71 itu,<br />
hukuman tertinggi adalah 6-bulan denda 5-juta. Apabila kita cermati di pasal ini di<br />
indikator Lampiran-1, ini lucu lagi. Kalau di Kupang 6-bulan tapi 6-juta – berbeda.<br />
Ada yang di Tangerang 3-bulan / 15-juta, kalau dari IndRhamayu 6-bulan / 6-juta,<br />
kalau dari Lampung 6-bulan / 6-juta. Kalau yang dari Lahat < 3-bulan / > 6-bulan<br />
denda < 2,5-juta / > 5-juta, jadi pakai range kalau di Lahat. Tapi kalau di Depok<br />
Raperda yang kemarin saya baca itu 3-bulan / 30 juta. Bagaimana sih,<br />
318