28.11.2014 Views

Mengkaji Implementasi Perda Pelayanan Publik ... - psflibrary.org

Mengkaji Implementasi Perda Pelayanan Publik ... - psflibrary.org

Mengkaji Implementasi Perda Pelayanan Publik ... - psflibrary.org

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Inovasi otonomi luas yang berdampak pada masyarakat miskin tidak terumuskan<br />

dengan jelas, karena tingginya delegating provisio kepada Kepala Daerah. Akibat<br />

kurang maksimalnya fungsi kontrol DPRD terhadap implementasi muatan<br />

delegating provisio dalam <strong>Perda</strong>, sampai sekarang Keputusan/Peraturan Kepala<br />

Daerah yang memberikan kemudahan/keringanan terhadap kelompok sasaran<br />

hampir tidak diketemukan. Kepatuhan pelaporan <strong>Perda</strong> oleh Pemda di daerah<br />

penelitian kepada pusat sangat minim, sehingga menyulitkan pusat dalam<br />

menjalankan mekanisme pengawasan represif. Oleh karena itu pusat tidak dapat<br />

melakukan executive review secara maksimal bahkan terkesan diskriminatif<br />

terhadap berbagai <strong>Perda</strong> yang inkonsistensinya tinggi dalam mengelaborasi<br />

peraturan perundang-undangan di atasnya. Dalam rangka mewujudkan<br />

manifestasi otonomi daerah yang mengatur isu dan keberpihakannya pada<br />

sasaran, sangat urgent dilakukan rekonstruksi muatan <strong>Perda</strong> terkait retribusi isu<br />

dengan menguatkan aspek pelayanan, sehingga <strong>Perda</strong> menjadi lebih fungsional.<br />

Penyusunan skala prioritas yang koordinatif antara satuan daerah otonom,<br />

merupakan langkah yang solutif.<br />

1.<br />

Pengantar<br />

Hadirnya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah secara formal<br />

mengubah format penyelenggaraan pemerintahan yang monolitik ke arah<br />

keberagaman (diversity). Daerah diberi kewewenangan yang luas untuk mengatur<br />

dan mengurus rumah tangganya. Dengan kewenangan luas ini daerah dapat<br />

membuat berbagai kebijakan terkait penyelenggaraan pelayanan kebutuhan<br />

dasar masyarakat tanpa perlu lagi menunggu pusat, sebagaimana yang pernah<br />

berlangsung sepanjang era orde baru. Sangat wajar jika kewenangan ini diberikan<br />

kepada daerah karena daerah yang mengetahui secara persis kondisi kebutuhan<br />

faktual (riil) masyarakat. Dengan mekanisme yang sangat desentralistik ini<br />

diharapkan Pemda memiliki kepekaan membentuk kebijakan yang mengatur<br />

berbagai masalah yang terkait dengan kebutuhan masyarakat sehingga dapat<br />

menghilangkan tuna akses masyarakat daerah yang mereka rasakan selama<br />

rezim sentralistik.<br />

Namun kebijakan otonomi daerah yang dilaksanakan di bawah rezim UU No.<br />

22 Tahun 1999 tidak serta-merta membawa berkah perubahan bagi kehidupan<br />

masyarakat. Kewenangan yang sangat besar yang diberikan kepada pemerintah<br />

daerah tidak dimanfaatkan secara optimal untuk memperjuangkan kepentingan<br />

masyarakat, terutama bagi mereka yang memiliki keterbatasan akses: perempuan,<br />

anak, masyarakat miskin dan kelompok marjinal. Hal ini disebabkan oleh orientasi<br />

kebijakan pemerintah daerah yang cenderung bersifat budgeter. <strong>Perda</strong>-<strong>Perda</strong> ini<br />

yang kemudian menimbulkan masalah sehingga menuntut pusat untuk melakukan<br />

executive review, bahkan MPR pernah meminta MA untuk melakukan yudicial<br />

activism. Kebanyakan muatan <strong>Perda</strong> tersebut merupakan peraturan yang tidak<br />

terkait dengan pemenuhan kebutuhan pelayanan masyarakat tapi justru

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!