28.11.2014 Views

Mengkaji Implementasi Perda Pelayanan Publik ... - psflibrary.org

Mengkaji Implementasi Perda Pelayanan Publik ... - psflibrary.org

Mengkaji Implementasi Perda Pelayanan Publik ... - psflibrary.org

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Adanya fakta di atas, menunjukkan bahwa pemerintah Bantul, khususnya dinas<br />

kesehatan tidak cukup tergugah pikirannnya untuk menyusun alokasi anggaran<br />

yang sesuai dengan kebutuhan perempuan dan anak. Bahkan dalam tiga tahun<br />

ini, alokasi anggaran kesehatan untuk perempuan dan anak terus menurun seperti<br />

terlihat dalam tabel di bawah ini:<br />

Tabel 3 : Anggaran Kesehatan untuk Perempuan dan Anak<br />

A n g g a r a n k e s e h a ta n u n tu k p e r e m p u a n d a n a n a k<br />

d a la m A P BD b a n tu l 2 0 0 4 - 2 0 0 6<br />

800.000.000,00<br />

600.000.000,00<br />

400.000.000,00<br />

200.000.000,00<br />

-<br />

706.700.000,00<br />

581.630.000,00<br />

165.520.000,00<br />

2004 2005 2006<br />

Sebaliknya, untuk kegiatan-kegiatan yang tidak menyentuh kepentingan hak<br />

dasar kesehatan masyarakat, Pemkab Bantul mengalokasikan anggaran yang<br />

sangat besar. Tahun 2004 dan 2005, Pemkab Bantul memiliki proyek mercusuar<br />

pembangunan GOR (gedung olahraga) yang menelan biaya Rp.11 milyar lebih.<br />

Sementara itu, untuk kegiatan PERSIBA (Persatuan Sepakbola Bantul), menelan<br />

biaya Rp.4,5 milyar tahun 2005, serta Rp.6,5 milyar pada tahun 2006. Dampak<br />

dari minimnya alokasi kesehatan untuk perempuan dan anak serta pengelolaan<br />

dana yang tidak matching dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat adalah;<br />

pertama penurunan derajat kesehatan masyarakat, terutama anak-anak dalam<br />

jangka panjang; kedua, ancaman matinya pos-pos layanan kesehatan dasar<br />

masyarakat seperti Puskesmas Pembantu dan Posyandu; ketiga, dengan adanya<br />

bisnis kesehatan pada masa sekarang menyebabkan masyarakat miskin, terutama<br />

perempuan miskin tidak mendapatkan layanan kesehatan dengan baik, karena<br />

perempuan selama ini selalu menduduki posisi second line dalam rumah tangga.<br />

Banyak agenda pemerintah Bantul yang harus segera dikerjakan dan diselesaikan<br />

berkaitan dengan layanan kesehatan pada perempuan dan anak. Namum, semua tak<br />

luput dari dilema dan keterbatasan yang juga menjadi persoalan bagi pemerintah<br />

Bantul. Pertama, ketersediaan dana yang minim dan adanya praktek politik untuk<br />

memperebutkan anggaran, membuat kue (dana) untuk kesehatan lebih sedikit dari<br />

kebutuhan. Kedua, adanya paradigma berfikir lama dalam menyusunan anggaran<br />

kinerja, dimana anggaran yang berbasis kinerja masih disusun dengan pola lama<br />

yang menempatkan alokasi anggaran untuk aparatur dalam porsi yang besar.<br />

Ketiga, anggaran kesehatan masih disusun dengan paradigma upaya kuratif, belum<br />

pada aspek promotif dan preventif. Keempat, ketidaksesuaian antara kebutuhan<br />

layanan kesehatan perempuan dan anak dengan alokasi anggaran menunjukkan<br />

bahwa pemerintah belum mampu melihat apa yang menjadi kebutuhan riil<br />

257

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!