28.11.2014 Views

Mengkaji Implementasi Perda Pelayanan Publik ... - psflibrary.org

Mengkaji Implementasi Perda Pelayanan Publik ... - psflibrary.org

Mengkaji Implementasi Perda Pelayanan Publik ... - psflibrary.org

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Advokasi tidak berhenti sampai disitu. INISIATIF kemudian memanfaatkan<br />

jalur DPRD sebagai pengusul. Hal ini dimungkinkan ketika ada satu kesempatan<br />

yang memungkinkan INISIATIF untuk berinteraksi dengan DPRD Kabupaten<br />

Bandung. Selama ini memang INISIATIF tidak mempunyai sedikitpun akses ke<br />

DPRD. Berhasil memperkenalkan konsep pengembangan otonomi desa melalui<br />

desentralisasi kewenangan dan fiskal dari kabupaten ke desa ini pada salah satu<br />

anggota DPRD, kemudian beliau memperjuangkannya di DPRD agar konsep tersebut<br />

diadopsi. Hasilnya, konsep tersebut diterima oleh DPRD dan diusulkan untuk<br />

dibahas dengan menggunakan hak inisiatif DPRD. Proses legislasi Rancangan<br />

Peraturan Daerah tentang Penyerahan Sebagian Kewenangan Kabupaten pada<br />

Desa (desentralisasi kewenangan) dan Rancangan Peraturan Daerah tentang<br />

Perimbangan Keuangan antara Kabupaten dan Desa (desentralisasi fiskal) pun<br />

dimulai.<br />

Pembahasan di DPRD berjalan tidak selancar yang diharapkan. Tidak sedikit<br />

hambatan yang dihadapi, mulai dari belum dikenalnya konsep otonomi desa,<br />

perbedaan persepsi diantara anggota DPRD, munculnya surat palsu yang berisi<br />

penolakan dari APDESI, bentrok dengan momen Pilkada, dan lain-lain. Hambatan<br />

terbesar adalah, seperti juga yang terjadi sebelumnya, resistensi dari Bagian<br />

Otonomi Daerah (yang juga tergabung dalam Tim Asistensi). Dari tiga kali Bagian<br />

Otonomi Daerah diundang panmus DPRD dalam pembahasan kedua raperda,<br />

mereka secara eksplisit menolak konsep otonomi desa. Selain itu, mereka juga<br />

selalu berusaha untuk menghilangkan substansi-substansi penting dari kedua<br />

raperda tersebut yang mengancam hilangnya roh otonomi desa yang diakomodasi<br />

di dalamnya.<br />

Namun apapun perubahan substansi, penghilangan atau pun penambahan, yang<br />

terjadi pada saat pembahasan, baik yang melibatkan Bagian Otonomi Daerah,<br />

Lembaga Swadaya Masyarakat dan Organisasi Masyarakat, Kepala Desa, atau<br />

pun Akademisi Perguruan Tinggi, selalu dapat diakhiri dengan kesepakatan tanpa<br />

menghilangkan esensi pengembalian otonomi desa dari kedua raperda tersebut.<br />

Setelah pembahasan yang panjang dan melelahkan, yang diwarnai dengan beberapa<br />

kali deadlock pada saat terakhir pembahasan dengan Tim Asistensi, akhirnya<br />

pada tanggal 14 Januari 2006 pembahasan pada tingkat panmus diakhiri. Hasil<br />

akhir pembahasan dalam kedua draft tersebut dapat dilihat pada Lampiran 4 dan<br />

Lampiran 5. Setelah saat itu, INISIATIF tidak lagi terlibat karena ”bola telah<br />

bergulir ke lapangan lain”.<br />

Pada tanggal 23 Januari 2006 kedua raperda tersebut diajukan oleh Panmus<br />

DPRD dalam sidang paripurna DPRD Kabupaten Bandung untuk disahkan<br />

menjadi Peraturan Daerah. Sidang paripurna DPRD tersebut merupakan saat<br />

paling menentukan nasib kedua raperda. Seperti juga pada saat pembahasan, pada<br />

pembahasan kedua raperda dalam sidang paripurna berjalan alot. Sidang paripurna<br />

berjalan cukup alot dan melelahkan. Pada sidang tersebut, yang pertama dibahas<br />

adalah Raperda Alokasi Dana Perimbangan Desa. Selain masalah dasar hukum,<br />

134

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!