03.05.2013 Views

95 Tahun Langkah Perjuangan Muhammadiyah

95 Tahun Langkah Perjuangan Muhammadiyah

95 Tahun Langkah Perjuangan Muhammadiyah

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Keputusan Muktamar <strong>Muhammadiyah</strong> ke-42 (1990) 393<br />

dan informasi. Saat ini <strong>Muhammadiyah</strong> memiliki majalah resmi Suara<br />

<strong>Muhammadiyah</strong> dan beberapa majalah yang diterbitkan oleh organisasi-organisasi<br />

otonom serta beberapa majalah kampus.<br />

Selain media resmi, sebagian besar media Islam yang terbit di Indonesia, Panji<br />

Masyarakat, Amanah, Media Dakwah dan lain-lain berasal dari kalangan yang<br />

dekat, bahkan oleh orang-orang <strong>Muhammadiyah</strong> sendiri. Hal itu sngat membantu<br />

mengembangkan ide dan aspirasi <strong>Muhammadiyah</strong>. Bukan hanya majalah Islam,<br />

media umum lain pun dapat dimanfaatkan, karena banyaknya wartawan dan<br />

penulis-penulis produktif yang berasal dari kalangan <strong>Muhammadiyah</strong> sendiri.<br />

Untuk kepentingan pembentukan pendapat umum, pimpinan <strong>Muhammadiyah</strong> perlu<br />

menjalin kerjasama denga semua penerbit di Indonesia dan sudah tiba waktunya<br />

membentuk biro hubungan masyarakat atau Public Relation di tingkat pusat hingga<br />

wilayah, begitu pun organisasiotonom, universitas, rumah sakit dan sebagainya.<br />

5. Media lain yang belum tertangani secara efektif ialah seni budaya. Dalam sejarah<br />

penyebaran Islam di Jawa kita membaca riwayat para wali yang menggunakan<br />

gamelan dan wayang untuk menarik orang ke dalam Islam. Begitupun di Aceh,<br />

Minangkabau, Banten dan lain-lain, seni budaya dijadikan sebagai media dakwah.<br />

Hal itu dapat dibuktikan dengan banyaknya unsur-unsur ke-Islaman pada tari,<br />

lagu, sastra, pantun dan pepatah-petitih di daerah-daerah Indonesia.<br />

Penyebaran agama lewat seni yang dirintis oleh para wali Islam jaman dulu itu,<br />

saat ini diteruskan oleh pihak Kristen dan Katholik. Beberapa gereja di Jawa menggunakan<br />

gamelan untuk mengiringi lagu-lagu dalam kebaktian mereka, begitupun wayang yang<br />

sangat digemari oleh penduduk pulau Jawa digunakan untuk Kristenisasi. Seni adalah<br />

keindahan yang digandrungi oleh manusia; manusia tak bisa dipisahkan dari seni. Dalam<br />

rangka menarik wisatawan asing, seni tradisional itu juga dikembangkan, ekses<br />

pengembangan seni trradisional itu kita saksikan dengan berkembangnya nativisme,<br />

kepercayaan nenek moyang yang penuh dengan praktek syirik dan khurafat.<br />

<strong>Muhammadiyah</strong> wajib memberantas segala bentuk kemusyrikan dan khurafat itu, namun<br />

di samping itu, perlu ditempuh langkah-langkah positif mengambil peranan dalam<br />

mengembangkan seni budaya bangsa dengan memberi warna ke-Islaman atau menjadikan<br />

seni sebagai dakwah. Untuk itu perlu dilakukan pendekatan dan kerjasama dengan para<br />

seniman, bagitupun dengan para pemuka adat di daerah-daerah.<br />

Bukan saja seni tradisional, kesenian modern pun bisa dimanfaatkan sebagai media<br />

dakwah, sebagaimana dilakukan grup musik Bimbo, Pagelaran Kantata Taqwa, barubaru<br />

ini di Jakarta dan Surabaya. Demikian beberapa langkah strategis dakwah dalam<br />

masyarakat industri dan era informasi yang selanjutnya bisa diperinci dalam Muktamar<br />

ini. Mengakhiri makalah ini, baiklah kita sadari bahwa setiap langkah dan program apa<br />

pun yang kita inginkan tidaklah akan terlaksana tanpa adanya dana. Oleh sebab itu,<br />

masalah dana ini menjadi pikiran dan tidak dapat dipisahkan oleh muktamar kita<br />

sekarang ini.<br />

Wallahu a’lam bissawab<br />

* * *

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!